Jumat, 28 Agustus 2009

DISTRICT-9 : PENDERITAAN PARA PENGUNGSI

Kemarin, Kamis (27/8), keluar dari Teater 1 Cinema XXI Senayan City (ya, mal yang diisi dengan tampang dua bule--yang menjadi ikon-nya--yang berpose 'merayakan' Hari Kemerdekaan), saya bisa mengatakan cukup puas. Bahkan, barangkali, jika nanti saya bertemu alien dalam perjalanan melaksanakan tugas kantor, saya akan lebih berempati pada makhluk-makhluk asing tersebut. Setidaknya, saya tidak akan histeris dan berlarian ke sana ke mari meyelamatkan diri sampai ... saat alien tersebut mulai menembaki saya!

Nggak.... Saya akan lebih serius. Saya setuju dengan beberapa resensi yang saya baca mengenai film ini. Bahwa ini memang film tentang alien yang berbeda. Jujur nih, sepanjang film, saya sangat bersimpati pada para alien yang punya teknologi canggih (namun anehnya, di sisi lain juga mirip makhluk dari masa purbakala, liar dan agak 'gila'!) dan sebal minta ampun pada manusia yang memperlakukan para alien tersebut lebih buruk daripada sapi gila.

Adalah Wikus Van De Merwe (Sharlto Copley), seorang agen Multi-National United (MNU) di Johannesburg yang bertugas mengevakuasi jutaan alien atau prawn yang menghuni District 9 ke District 10. Alien-alien yang pada tahun 1982 diselamatkan dari pesawat luar angkasa mereka tersebut dianggap telah menjadi masalah baru karena terus-menerus berkembang.


Namun, Wikus yang tadinya sama saja dengan manusia lain--memandang rendah kaum prawan--mendadak terinfeksi sebuah cairan misterius yang membuatnya perlahan bermutasi menjadi prawn. Segera saja, ia menjadi buruan MNU karena menjadi satu-satunya manusia yang tetap hidup setelah terinfeksi DNA prawn. Dengan begitu, Wikus dapat mengoperasikan senjata canggih para prawn yang tidak dapat dioperasikan oleh manusia biasa. Wikus pun kabur ke District 9 untuk bersembunyi.

Namun, Wikus tak lantas berubah menjadi pendukung prawn. Sifat dasarnya yang penakut dan agak egois (ini manusiawi banget karena posisi Wikus benar-benar terjepit!), membuatnya tetap menyulitkan Christopher Johnsson, prawn pemilik cairan yang menginfeksi Wikus. Christopher menjanjikan bahwa ia bisa menyembuhkan Wikus dari 'penyakit'-nya, namun untuk itu ia harus kembali ke pesawat induknya dulu.

Persamaan kepentingan membuat Wikus dan Christopher berjibaku merebut kembali cairan tersebut dari MNU. Sebab, hanya dengan itu Christopher bisa mengoperasikan pesawat mini-nya kembali ke pesawat induk mereka yang selama lebih dari 20 tahun hanya mengambang di langit Johannesburg (tapi anehnya, pada saat genting, ternyata, pesawat induk prawn bisa juga dikendalikan dari Bumi untuk mengambil pesawat mini prawn!).


Wikus yang tadinya penakut perlahan berubah menjadi pemberani dan tidak egois lagi. Ia rela berkorban untuk menolong Christopher dan anaknya kembali ke pesawat induk mereka dan pulang ke planet asal mereka....

Saya cukup puas dengan film ini meskipun menemukan beberapa kejanggalan. Neill Blomkamp sebagai sutradara sekaligus salah seorang penulis film ini mampu mengaduk-aduk emosi saya (hihihi, emangnya kopi, pake diaduk-aduk segala?!) hingga jadi bertanya-tanya sendiri : jangan-jangan manusia Bumi adalah makhluk paling egois dan bermental penjajah di seluruh jagad raya?

Semoga tidak begitu, ya....

Gambar :
Kompas Entertainment

1 komentar:

nurani mengatakan...

ngak juga, cm buat main-main aja. tapi kalo diblg rajin. ya gt deh, tpi rajin makan, tidur, ...