Jumat, 26 Juni 2009

KING VS GARUDA DI DADAKU : IKLAN-NYA SEIMBANG!

Siang itu, Kamis 25 Juni 2009, hari di mana Michael Jackson wafat (ihiks!), saya dan Nico bertandang (ceile.... bertandang, kaya' Raja Melayu saja :D) ke bioskop 21 di Detos, Margonda, Depok. Maksudnya jelas, menonton dua film keluarga terbaru produksi Indonesia : KING dan GARUDA DI DADAKU.

Maka, dari lantai G Detos, kami naik lift menuju lantai 2, lantai di mana bioskop berada. Di dalam lift, kami hanya berdua dan saya mulai iseng menjahili Nico. Saya sengaja menggandeng lengannya dan menyandarkan kepala di pundaknya. Nico langsung merengut, "apaan sih?!"

Di lantai LG, dua orang ibu berjilbab yang hendak masuk ke dalam lift, terkejut melihat pemandangan yang mungkin tak lazim itu. Salah seorang di antaranya mengucapkan istighfar dan mencegah temannya masuk ke dalam lift.

Setelah pintu lift menutup, Nico langsung melotot, "kamu apa-apaan sih? Ibu-ibu itu jadi salah sangka pada kita!"

"Biarin. Yang penting 'kan kita tidak pacaran. Lagian, kita 'kan tidak kenal dengan ibu-ibu tadi. Sudah, cuekin aja," balas saya santai.

Nico cemberut, tapi tidak bicara apa-apa lagi. Sementara saya senyum-senyum, diam-diam tidak enak hati sudah 'memfitnah' Nico yang culun itu.

Tiba di bioskop, kami langsung membeli tiket. Wuih, tiket untuk pemutaran film KING pukul 12.00 sudah terjual banyak dan kami hanya dapat kursi di barisan ketiga dari depan. Sementara untuk film GARUDA DI DADAKU (GDD), karena kami membeli tiket untuk jam pertunjukan 14.25, kami bisa mendapatkan kursi di bagian tengah teater.

Nah, inilah yang terjadi saat saya dan Nico menyaksikan dua film keluarga bernafaskan semangat olahraga ini. Mengharukan dan... banyak iklannya juga, sih.

KING
King bercerita tentang Guntur (Rangga Aditya), anak desa Jampit yang hanya tinggal berdua dengan bapaknya, Tejo (Mamiek Prakoso), seorang pengumpul bulu angsa untuk dibuat kok. Tejo ngefans berat pada Liem Swee King dan berambisi menjadikan anaknya sebagai juara bulutangkis seperti King. Apalagi, Guntur memang sangat berbakat.

Namun, usaha Tejo tidak semudah itu. Keterbatasan ekonomi membuat Tejo kesulitan menjadikan Guntur seorang juara badminton. Apalagi, Guntur yang anaknya gampang ngambek, lama-kelamaan bosan dengan sikap keras Tejo yang menekannya untuk menjadi juara. Masalah demi masalah mengganggu ayah dan anak itu. Mulai dari persoalan raket, biaya masuk klub bulu tangkis dan biaya ke Kudus untuk mengikuti seleksi beasiswa klub Djarum.


Beruntung Guntur punya sahabat-sahabat yang dengan gigih membantunya.
Ada Raden (Lucky Martin), anak bandel yang banyak akal tapi juga sering membuat Guntur mendapatkan kesulitan, Michelle (Valerie Thomas), cewek bule dari kota yang suka menggebuk kasur pakai raket dan Mas Raino (Ariyo Wahab), jagoan badminton di kampung yang suka membantu Tejo dan Guntur.

Hubungan ayah dan anak dalam film ini digambarkan putus-nyambung, seperti niat Guntur jadi juara bulutangkis yang juga on-off. Tapi sebagai sutradara baru, Ari Sihasale cukup bagus dalam menggarap film ini. Selain ngakak melihat kekonyolan Raden, Nico sempat menangis melihat bagaimana Guntur berbaikan lagi dengan Tejo. Ah, malu-maluin aja si Nico ini....

Yang pasti, iklan PT Djarum, BCA dan Pocari Sweat, cukup menonjol dalam film ini. Yah, namanya juga bikin film mahal, jadi memang wajar kalau menggandeng banyak sponsor. Sekalipun ada pihak-piha
k yang memboikot film ini karena menganggap film ini sebagai kampanye terselubung produsen rokok, saya suka dengan film ini. Iklan, segencar apapun, hanya akan menjadi iklan jika konsumen tidak menanggapinya. Santai saja....

GARUD
A DI DADAKU
Film ka
rya sutradara favorit terbaru saya, Ifa Isfansyah, ini lebih saya sukai daripada KING. Barangkali karena Ifa lebih berpengalaman sebagai sutradara daripada Ari, maka GDD lebih 'mengalir' dan enak ditonton daripada KING. Tidak heran kalau film ini konon sudah mengumpulkan 300 ribu penonton dalam waktu kurang dari seminggu (Tempointeraktif.com, Senin 22/06) saja.

Ceritanya pun mirip KING, tentang anak 12 tahun yang ingin menjadi bintang olahraga dengan segala keterbatasannya. Adalah Bayu (Emir Mahira), anak yatim yang hanya tinggal bertiga dengan ibunya Wahyuni (Maudy Koesnaedi) dan kakeknya Usman (Ikranegara). Bayu ingin menjadi anggota timnas sepakbola Indonesia U-13, namun terhambat karena Usman tidak merestui. Sebaliknya, Usman mendorong cucunya menjadi seniman dengan memaksa Bayu ikut berbagai macam les, mulai dari les musik sampai les melukis.

Beruntung Bayu bersahabat dengan Heri (Aldo Tansani) yang lumpuh namun menjadi 'manajer' bagi Bayu. Heri yang membantu dan mendorong semangat Bayu untuk masuk timnas U-13. Sebagai langkah pertama, Heri dan supirnya yang kocak dan setia, Dullah (Ramzi), membantu Bayu mencari lapangan untuk berlatih. Tujuannya, agar Bayu dapat mengikuti seleksi untuk program beasiswa SSB Arsenal. Dengan bergabung dengan SSB, maka akan terbuka kesempatan bagi Bayu untuk ikut seleksi timnas U-13.

Namun semuanya tentu saja tidak mudah. Selesai masalah lapangan bola, muncul masalah yang lebih gawat. Bagaimana Bayu harus kucing-kucingan dengan kakeknya, membagi waktu antara berlatih bola dengan mengikuti les yang minta ampun banyaknya. Namun, dengan dibantu Heri, Dullah dan Zara (Marsha Aruan), Bayu dapat mengatasi segalanya.

Namun tak selamanya usaha Bayu sukses. Suatu saat, Usman mengetahui bahwa Bayu sudah bergabung dengan SSB untuk menjadi bintang lapangan hijau. Karena shock, sang kakek langsung kena serangan jantung dan harus masuk rumah sakit! Bayu lalu dihadapkan pada sebuah dilema : kakeknya atau mimpinya mengenakan kostum berlambang Garuda di dadanya.

Saya lebih suka film ini daripada KING sekalipun iklan shampoo Lifebuoy juga menggelinding bagai bola. Tapi tidak masalah, sepanjang filmnya enak ditonton. Ifa Isfansyah dan segenap pihak yang terlibat dalam film ini memang moiii....

Sekitar pukul 16.00, saya dan Nico beranjak meninggalkan bioskop dengan semangat nasionalisme yang naik kira-kira satu level daripada sebelumnya. Tapi, tentu saja kami tidak harus menjadi olahragawan untuk mencintai Indonesia....

Di lantai G, lagi-lagi kami bertemu dua ibu berjilbab yang sebelumnya nyaris satu lift dengan kami. Melihat mereka, lagi-lagi saya iseng mengerjai Nico. Tanpa ba-bi-bu lagi, saya langsung mencium pipi Nico di depan ibu-ibu tersebut dan pengunjung mal yang lain, membuat mereka bengong, bahkan mungkin kaget.

Nico memekik kaget karena tidak menyangka sama sekali. Sebelum ia sempat berbuat sesuatu, saya buru-buru kabur menuju pintu keluar di bawah tatapan satpam yang terheran-heran melihat kami berdua.

"Pasha sialaaaan! Mau kabur ke mana kamu?!"

Nico mengejar saya dengan wajah kencang mirip kencangnya wajah Guntur saat bertengkar dengan Tejo.

Saya cuek dan terus kabur. Hmmm... mungkin selanjutnya bagus kalau dibuat film berjudul "Mardi". Tahu 'kan, Mardi siapa yang saya maksud?

Sudah dulu, ya!

Gambar:
King : www.whatzups.com
Garuda di Dadaku : www.21cineplex.com

Read More..

Jumat, 12 Juni 2009

POCONG LAGI POCONG LAGI, CAPE DE....

Siang ini, karena sedang tidak sibuk, saya main ke Detos (maklum, anak Depok...) dengan niat jalan-jalan sekaligus nonton. Bukan KCB, soalnya saya malas ngantri beli tiketnya. Saya mau nonton film lain, kalau bisa film Indonesia.

Tadinya, saya pikir film seperti King atau paling apes Tarix Jabrix 2 sudah tayang. Ternyata belum, tuh. Selain KCB yang menghiasi dua dari empat layar sinepleks 21, ada The Virgin 2 dan satu lagi film Indonesia yang saya kurang ingat judulnya. Yang pasti, dalam judul film yang (kelihatannya) horor itu, ada kata "pocong".

Pocong lagi, pocong lagi, cape de....

Saya tidak membahas film tersebut karena saya tidak (akan pernah) menontonnya. Soalnya, belum apa-apa, saya sudah terganggu dengan kata "pocong"-nya.

Bagaimana tidak terganggu atau bahkan tersinggung, jika pocong--istilah 'kasar' untuk jenazah kaum muslimin yang sudah dimandikan dan dikafani lalu dishalatkan, dijadikan bahan untuk menakut-nakuti penonton? Kita, yakni para muslim, disama-samakan dengan sesuatu yang menakutkan. Padahal, siapa sih, muslim yang tidak akan dikafani setelah meninggal dunia nanti?


Saya tidak anti film horor dan punya pendapat bahwa Jelangkung adalah film horor Indonesia yang bagus dalam arti, mampu membuat penonton ketakutan. Dalam film itu hanya ada Suster Ngesot dan tidak ada pocong. Perhatikan, tidak ada pocong-nya!

Sepertinya, para pembuat film horor 'asal bikin, yang penting penonton kaget dan kalau bisa horny melihat keseksian tubuh pemeran wanita-nya' tersebut tidak akan memikirkan apa-apa selain duit. Tapi, sekali lagi, mengapa harus pocong?

Pocong disamakan dengan setan yang menakutkan. Padahal semua orang yang beragama Islam setelah meninggal nanti akan dikafani, dijadikan--sebenarnya saya tidak suka istilah ini--pocong. Artinya, setelah mati nanti, kaum muslimin disamakan dengan setan, dong....

Saya tidak bermaksud menyinggung kaum muslimin karena saya juga memeluk agama Islam dan insya Allah akan mempertahankannya sampai mati. Justru karena itulah, saya tersinggung kalau pocong dijual untuk menakut-nakuti orang. Kalau kaum muslimin yang lain tidak tersinggung, terserah. Tapi saya tidak rela kalau kelak meninggal dunia, saya dianggap sama dengan setan, setidaknya di mata orang-orang yang membuat dan menonton film horor yang ada pocong-nya tersebut. Saya 'kan keren (narsis...), kok disama-samakan dengan setan, sih?

Ah, sudahlah. Yang pasti, setelah melihat poster film 'yang ada pocong'-nya tersebut, saya jadi kehilangan selera menonton. Lebih baik turun, cari makan, terus pulang. Hanya gara-gara pocong.

Pocong lagi, pocong lagi, cape de....

Read More..

Senin, 08 Juni 2009

WORKSHOP LA-LIGHTS INDIE MOVIE 2009

a. Persyaratan dan peraturan:

• Pendaftar adalah berkewarganegaraan Indonesia dan berusia minimal 18 – 30 tahun.

• Jika pernah mendapatkan penghargaan di festival Film tingkat nasional atau international, harap dicatumkan dalam formulir.

• Mendaftar diri sebagai perorangan dan tidak mengatasnamakan kelompok.

• Mengisi formulir pendaftaran dengan lengkap dan benar sesuai dengan peraturan yang ada dan mengembalikan formulir ke alamat yg sudah ditentukan.

• Tidak sedang mempunyai perjanjian atau kontrak dengan perusahaan film manapun.*

• Setiap pendaftar hanya berhak mengisi dan mengembalikan satu formulir pendaftaran.

• Pihak penyelenggara berhak mengunakan hasil karya peserta untuk kepentingan program LA Lights di semua media.*

• Konten cerita film tidak mengandung unsur SARA, Pornografi dan mendiskreditkan pihak-pihak tertentu.*

• Unsur-unsur yang ada dalam film adalah original dan tidak merupakan jiplakan dari karya orang lain tanpa ijin tertulis dari yang bersangkutan. Apabila ada tuntutan hukum dari pihak yang lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab peserta.*

• Batas akhir pengembalian formulir adalah 1 minggu sebelum workshop dimulai di setiap kota.

• Peserta yang telah dinyatakan lolos dari tahap Meet The Producers wajib menandatangani kontrak untuk mengikuti keseluruhan kegiatan sesuai dengan kurikulum. Mengenai waktu dan tempat akan disesuaikan di masing-masing kota.

*KET: terutama bagi teman-teman yang ingin mengikuti kompetisi sinopsis film cerita pendek -on the spot- pada saat workshop (untuk di produksi dalam program Film Gue Cara Gue), dan lolos masuk ke Day 2 (Meet the producers) - presentasi ide-

b. Prosedur Pendaftaran :

• Pendaftar mengambil pendaftaran di sekretariat yang telah ditentukan dan atau mendownload pendaftaran di website ini, enjoyindiemovie

• Formulir pendaftaran boleh difotokopi

• Pendaftar mengisi formulir pendaftaran dengan benar, mengisi pilihan program yang di inginkan dan mengembalikan secara langsung ke sekretariat atau kirim via pos ke alamat yang telah ditentukan atau dikirim melalui email di alamat email sesuai dengan sekretariat di tiap kota.


• Pendaftar membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 10.000,- dpt di transfer juga
CARA nya..:
* jgn lupa kirim formulir by email ato pos.. formulir bisa di download di WEB ini..-coba buka blog nya ya-
* Transfer biaya Pendaftaran Rp 10.000 ke BCA cabang Mayestik a/n KARJONO. 2281410611
* Bukti Transfer WAJIB di scan & di email ke la.indiemovie@gmail.com
* JGN LUPA untuk konfirmasi ke panitia by sms ato telpon ato email jika sudah melakukan transfer.

• Pendaftar WAJIB menyertakan fotokopi KTP / SIM/ KTM/Kartu Pelajar, foto berwarna (bebas, terbaru) ukuran 2R.

• Dari seluruh pendaftar, peserta akan diseleksi sejumlah kapasitas tempat pelaksanaan workshop berdasarkan formulir pendaftaran.

• Peserta yang terpilih wajib melakukan daftar ulang di sekretariat masing masing kota pada waktu yang telah di tentukan.

• Workshop diselenggarakan pada hari pertama. Pada tahap ini akan diselenggarakan mekanisme penyaringan kembali yang menentukan peserta yang berhak maju pada tahap Meet The Producers pada hari ke dua.

.

SEKRETARIAT JAKARTA

SET FILM WORKSHOP
Jl. Sinabung No.4B, Pakubuwono Keb.baru
jakarta Selatan 12120
Email : la.indiemovie@gmail.com
Telp. 021 72799227 / 72799226
fax : 021 7229638
Cp: Fira / Anunk / Kenya

----------------------------------------------
JADWAL WORKSHOP

JAKARTA:
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
4 & 5 Juli 2009
@ PPHUI Kuningan, Jakarta


Panitia: SET FILM WORKSHOP
CP : Anunk/Kenya 0815 10594899 / 021 99323279


YOGYAKARTA:
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
11 & 12 Juli 2009
@ Auditorium RRI Gejayan

Panitia:
CP: Ratna 0274 6572017
email : indiemovie_jogja@yahoo.com

SURABAYA
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
18 & 19 Juli 2009
@ Gedung Telkom Ketintang


Panitia: Otak otak Event & Communication
CP: 031 7314305 (office) / Edy, 031 77194638

BANDUNG
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
25 & 26 Juli 2009
@ Dago Tea House

Panitia: Sembilan Matahari
CP: Manda, 022 91690093

Biaya pendaftaran Rp 10.000
Diserahkan pada saat pengembalian Formulir*

* cara pembayaran tergantung kebijakan masing2 panitia / EO Lokal

Read More..

Minggu, 07 Juni 2009

PERHATIKAN SKENARIO YANG BURUK JUGA!

Gara-gara berbagai sebab, sudah lebih dari dua bulan ini saya tidak menonton satu film pun di bioskop. Tempo hari sempat ke Senayan City dan nyaris membeli tiket Night at The Museum 2, tapi batal. Soalnya, saya 'ngeri' melihat panjangnya antrian penonton.Maklum, akhir minggu....

Jadilah, saya yang mengaku pencinta film, belum menyalurkan hobi yang satu itu lagi selama beberapa bulan ini. Padahal, kalau mau membuat skenario, baik untuk sinetron mau pun film layar lebar, 'kan harus banyak-banyak menonton film. Tidak peduli film bagus atau jelek, sinetron menarik atau sampah, sebaiknya ditonton untuk menjadi tambahan referensi dalam menulis skenario.

Ada yang bertanya, untuk apa menonton film bioskop atau sinetron sampah kalau hanya bikin hati sebal minta ampun dan membuang waktu?

Ow, bagi saya, sekalipun hati kesal menonton sinetron yang isinya hanya penderitaan anak orang kaya yang terpaksa miskin karena terpisah dengan orang tuanya, saya merasa tidak membuang waktu. Sebab, dengan demikian, saya bisa belajar banyak dari berbagai kesalahan yang dituliskan dalam skenario sinetron bersangkutan, seperti terlalu banyak adegan pemain bergaya orang gila (ngomong sendiri) dan adegan teriak-teriak kalau marah seolah-olah semua orang punya volume suara yang sama dengan sirene pemadam kebakaran.


Belajar di sini maksudnya adalah agar besok-besok, saya tidak membuat adegan seperti itu dalam porsi yang terlalu banyak. Saya juga pernah kehilangan kata-kata saat menonton sebuah sinetron tentang seorang wanita berjilbab bermata tiga (tahu 'kan, sinetron apa itu?) yang difitnah oleh adiknya sendiri. Ceritanya, sang adik durhaka menuang kecap di tangannya dan menuduh si mata tiga telah membakar tangannya! Terus, ibu mereka marah-marah karena percaya bahwa si mata tiga memang telah mencelakai adiknya sendiri. Konyolnya lagi, sang ayah muncul dan meminta kakak-beradik itu disumpah Al-Qur'an untuk membuktikan siapa yang salah dan siapa yang benar! Padahal, anak kecil juga tahu, hal itu tidak perlu karena di mana-mana kecap warnanya coklat dan jelas sangat kontras dengan visualisasi luka bakar!

Tante saya ngakak waktu menyaksikan adegan itu sementara saya hanya geleng-geleng kepala. Kalau penulis skenarionya masih sama dengan yang dulu (beliau mantan calon 'bos' saya di sebuah PH di Jaktim), maka adegan tersebut adalah sebuah 'lompatan besar ke belakang' dari sang penulis skenario. Sebab, penulis skenario sinetron seri itu, saya tahu benar, adalah seorang penulis skenario sarat pengalaman yang sudah berkarya sejak zaman Dede Yusuf masih main film dan sinetron!

Oleh sebab itu sobat, kita jangan menilai bahwa mereka yang lebih berpengalaman pasti lebih ahli dalam sebuah bidang. Barangkali, karena terlalu 'ahli', seseorang jadi nekad bereksperimen dengan hal-hal aneh dan di luar nalar hingga terciptalah adegan 'luka bakar kecap' itu. Makanya, para PH yang bertebaran di Indonesia (terutama Jakarta), berilah kesempatan pada mereka yang baru-baru (termasuk saya ^_^) karena ide-idenya masih segar dan lebih penting lagi, dapat dipertanggungjawabkan.

Meski demikian, saya tetap rajin menonton (selama ada waktu) sinetron atau film (selama ada waktu dan duit :D) dengan kualitas apa pun. Mau yang terbaik dan terburuk, saya usahakan untuk menontonnya. Sebab, saya perlu belajar dari banyak hal, baik dari skenario yang baik untuk merangsang otak menciptakan skenario yang keren mau pun dari skenario yang buruk untuk merangsang otak agar menghindari adegan-adegan basi dan sampah.

Maka dari itu, berusahalah. Hmmm.... malam ini sinetron buruk mana lagi yang akan saya tonton, ya? Ada usul?

Read More..

Jumat, 05 Juni 2009

VIDEO KLIP KEREN! (3)

Setelah menyebutkan delapan video klip musik yang menurut saya keren dan (barangkali) bisa menjadi bahan mentah untuk pembuatan skenario film atau sinetron, sekarang saya kembali dengan empat video klip musik lainnya. Sekali lagi, video klip yang spektakuler, bagi saya, tidak lantas menjadi keren di mata saya. Sekalipun sederhana, kalau menimbulkan kesan, maka itulah dia, video klip yang keren menurut saya....

JIKA-MELLY GOESLOW ft. ARI LASSO (2000)
Video klip lama ini menurut saya cukup unik dan sederhana. Ehm, sebenarnya saya sempat kecele juga, mengira bahwa Melly (dalam video klip ini) janjian dengan Ari Lasso. Tapi, ternyata mereka berdua punya pasangan masing-masing dan (ceritanya) tidak saling mengenal satu sama lain. Janjian di tempat main bowling, boleh juga....

MANUSIA BODOH-ADA BAND (2005)
Kalau tidak salah, cerita dalam video klip ini diangkat menjadi serial dengan bintang Arifin Putra dan Ririn. Video klip yang satu ini memang memvisualisasikan cerita dalam lagu dengan sangat tepat. Tentang badut (waktu itu Aldiansyah Taher 'hanya' model baru yang tentu saja belum kenal Dewi Perssik ^_^) pasar malam yang cinta mati pada pacarnya, sampai-sampai sebelum bekerja pun dia masih menyempatkan diri memandangi foto pacarnya. Tapi apa yang terjadi? Jeng jeng jeng jeng... Kekasih yang dia cintai setengah mati ternyata mendatangi pasar malam tersebut. Bukan untuk menemui sang badut, melainkan untuk kencan dengan cowok lain. Tragisnya, sang kekasih ratu tega itu malah tidak mengenali kekasihnya sendiri yang menjadi badut. Tinggallah sang badut yang hanya dapat tertegun. Sedih... Ihik ihik....


TENDA BIRUKU-PADHYANGAN 6 (1995)
Video klip lagu plesetan Tenda Biru-nya Desy Ratnasari ini memang kocak. Mengisahkan seorang cowok (maunya sih) keturunan Indian yang akan menikahi pacarnya yang juga cewek Indian. Ternyata, pacar lama si cowok, yakni koboi cewek, tidak terima dan mengobrak-abrik pesta pernikahan sang cowok Indian. Hahaha, lumayan buat bahan tertawaan!

PEJANTAN TANGGUH-SHEILA ON 7 (2003)
Video klip musik ini juga kocak dan kurang lebih menggambarkan isi lagu Sheila On 7 sendiri. Tentang Duta yang harus melawan makhluk raksasa yang sialnya, jago pula, demi mendapatkan cinta seorang cewek. Pada kesempatan pertama Duta kalah, hingga harus dilatih oleh para anggota SOS lain yang kala itu masih dalam formasi lama. Maka, Eros menjadi suhu kungfu, Adam menjadi pelatih tinju, Anton menjadi sensei karate dan Sakti menjadi guru pencak bagi Duta. Akhir cerita, Duta menjadi seorang pejantan tangguh yang mampu mengalahkan siapa saja. Hehehe, bisa jadi cerita film yang menarik, tuh!

Nah, sekian dulu. Capek nih.... Nanti dilanjutkan, ya!

Read More..

Rabu, 03 Juni 2009

FILM BOKEP BUKAN SPESIALISASI SAYA!

Tadi siang, saat sedang suntuk, tahu-tahu ada telepon dari seorang teman yang menanyakan kabar saya. Saya tentu saja senang mendapatkan teleponnya. Apalagi, memang sudah lama saya tidak berhubungan dengan teman tersebut.

Namun, entah dari mana, teman saya tersebut di atas mendapatkan kabar bahwa baru-baru ini, saya mendapatkan penolakan dari sebuah PH yang terkenal dan berskala besar. Naskah skenario yang saya ajukan ditolak dengan alasan tidak sesuai dengan 'selera' PH bersangkutan. Hmmm... Sepertinya memang rezeki saya 'hanya' sampai di PH berskala kecil dan menengah.

Tapi bukan hal itu yang membuat saya jadi agak kesal dalam menghadapi teman saya tersebut. Pasalnya, teman saya, dengan bercanda menyebutkan bahwa jangan-jangan skenario yang ditolak tersebut adalah skenario film bokep. Dia 'menuduh' saya menulis skenario seperti itu hanya karena saya suka menonton yaoi dan kalau menonton AADC, suka mengulang-ulang adegan Rangga mencium Cinta di bandara.

Astaga!

Saat itu saya hanya tertawa dan menjelaskan bahwa naskah yang saya buat tersebut adalah untuk konsumsi anak-anak. Bukan komedi semacam Ronaldowati atau Tarzan Cilik, melainkan drama tentang seorang anak dengan keluarganya yang terdiri dari seorang adik, seorang ayah, seorang kakak angkat dan seorang pekerja rumah tangga.

Itulah yang menyebalkan dari saya. Saya tidak suka mengumbar emosi, apalagi hanya melalui telepon seperti kejadian tadi siang. Bukan karena saya sabar, melainkan karena saya tidak mau berkonflik untuk hal-hal yang tidak penting.


Namun, tak urung, saya jadi berpikir juga. Apakah salah kalau saya suka adegan-adegan yang 'menyerempet-menyerempet' seperti disebut di atas? Lagipula, tidak semua yaoi saya sukai. Yang terlalu vulgar dan bikin jijik--sekalipun hanya animasi--tidak akan saya tonton sampai habis. Memangnya kita makhluk apaan?

Bahkan, saya tidak suka menonton film yang memasukkan unsur seks tanpa alasan yang dapat diterima. Misalnya, adegan seks yang dipaksakan dan berlebihan dalam sebagian film-film horor Indonesia. Misi 'menakut-nakuti' penonton jadi bergeser ke arah 'bagaimana meng-horny-kan penonton'. Itu juga kalau berhasil membuat horny. Biasanya sih malah jadi jijik....

Jadi, untuk apa memasukkan unsur seks ke dalam sebuah film atau naskah jika memang tidak diperlukan? Yang ada kita malah tidak fokus dan bisa 'menyimpang dari tujuan'....

Kembali ke soal teman saya yang 'menuduh' saya membuat naskah bokep. Sekalipun agak kesal, saya tetap berusaha ramah. Toh tidak setiap hari teman saya itu melontarkan kalimat yang bikin hati sebal. Malah, gara-gara dia, saya jadi 'panas', ingin membuktikan bahwa saya bisa menulis dan (tentu saja) menjual naskah skenario drama anak itu pada PH. Jadi, biar sinetron yang diproduksi bukan sinetron komedi (konyol) untuk anak seperti Tarzan Cilik saja.

Maka dari itu, marilah berusaha! Tapi, sebelumnya, mau shalat dulu.... ^_^

Read More..