Jumat, 27 Februari 2009

10 ALASAN MENONTON FILM (& SINETRON) INDONESIA

Meskipun sering kecewa dan sebal saat menonton film bioskop (film) dan atau film televisi (sinetron) produksi Indonesia, saya tetap saja mau menonton produk-produk tersebut. Kalau saya suka cerita, pemain, sutradara, tata musik atau unsur lain dari sebuah film dan atau sinetron, saya bisa menontonnya dengan penuh perhatian. Untuk sebuah film bioskop saja, kalau saya benar-benar suka, tidak peduli film itu film laris atau bukan, saya tidak merasa sayang mengeluarkan uang untuk menonton film tersebut sampai enam atau delapan kali!

Barangkali saya tipikal orang aneh yang kalau sudah suka, jadi kecanduan. Tapi orang-orang seperti saya ini yang pasti bikin para pemain dan pembuat film (terutama cukong film yang berlabel 'produser eksekutif') merasa senang dan (barangkali juga) tambah kaya. Yah, tidak apa-apa, hitung-hitung turut 'membangun industri perfilman kita'.

Tapi banyak juga yang heran dan menganggap saya 'agak gila' (kadang-kadang saya pikir benar juga pendapat mereka) serta super boros. Hm, saya sendiri menganggap saya sama saja dengan perokok (saya tidak merokok dan anti alkohol) yang juga super boros. Bedanya, saya merasakan manfaat nyata (bisa belajar soal film) sementara rokok... saya tidak tahu apa manfaatnya.

Mereka, orang-orang yang menganggap saya super boros itu, tidak tahu saja bahwa saya punya sedikitnya sepuluh alasan mengapa saya mau menonton film dan sinetron Indonesia. Saya suka karena sepuluh alasan ini :

Tidak Perlu Membaca Teks Terjemahan
Hehehe, ini alasan yang teknis sekali. Pengalaman saya menonton film-film Jiffest bisa menjadi contoh. Saya sempat menonton film berbahasa Portugal dan Belanda yang menuntut konsentrasi lebih. Soalnya, saya jadi harus membaca teks terjemahan film-film tersebut yang, parahnya, dalam bahsa Inggris pula! Bagi saya, itu mengurangi kenikmatan menonton film.
Beda dengan menonton film Indonesia. Cukup konsentrasi pada filmnya, tidak perlu susah-susah berpikir, karakter dalam film ini ngomong apa ya?

Tampang Pemainnya Lebih Familiar
Ini soal selera, sih. Sebab, sebule-bulenya tampang seorang pemain film, tetap saja masih kelihatan Melayu-nya, kecuali kalau pemain bersangkutan memang asli bule. Pokoknya, saya merasa masih berpijak di bumi kalau melihat tampang Indonesia (Melayu) di televisi atau film layar lebar. Hidup kuning langsat!

Sebagian Besar Ceritanya 'Ringan'
Saya tidak anti film art selama tidak bikin sakit kepala. Menonton film Indonesia, meskipun sering bikin sebal, toh jarang sekali yang bisa bikin saya bingung, film ini maunya apa sih? Film Indonesia jarang sekali membuat saya sakit kepala, karena memang kebanyakan komersial.... Film bagus tapi aneh dan bikin sebagian besar penonton bingung hanya dibuat oleh pembuat film yang egois!

Soundtrack-nya Lumayan
Sebagai penggemar lagu-lagu Indonesia, saya suka kalau sebuah film atau sinetron juga menampilkan soundtrack yang sangat 'Indonesia'. Contohnya film Janji Joni. Meskipun lagu pengiringnya ada yang berbahasa Inggris, saya tetap merasakan 'hawa' Indonesia-nya.
Begitu pula sinetron yang diiringi lagu-lagu band favorit saya. Saya usahakan untuk menontonnya meskipun hanya bagian awal dan akhirnya saja. Sekadar untuk menikmati soundtrack-nya....

Sutradara Favorit Saya Semuanya Orang Indonesia
Sebagian besar film Indonesia saya tonton bukan hanya karena senang pada pemain atau menikmati musik pengiringnya, melainkan karena saya memang menyukai karya-karya sutradaranya. Saya tidak punya sutradara favorit dari luar negeri. Tiga nama sutradara yang saya sukai adalah nama-nama Indonesia.

Semua Aktor Favorit Saya Orang Indonesia
Setelah Heath Ledger tiada, saya tidak punya lagi aktor favorit dari luar negeri. Johnny Depp sih suka, tapi bagi saya tidak sebagus Ledger. Dengan sendirinya, aktor yang tersisa dalam daftar aktor favorit saya hanya tiga nama : Nicholas Saputra, Deddy Mizwar dan Fachri Albar.

Penontonnya Sedikit
Ini berlaku untuk film-film Indonesia yang memang kelihatannya maaf, kurang laku. Saya sering kasihan--tapi jangan bilang-bilang pembuat dan pemain film-nya, ya--melihat sebuah film yang hanya dalam tiga hari sudah 'dilempar' dari teater berkapasitas banyak ke teater berkapasitas sedikit karena kurang laris. Kalau sudah begitu, saya memilih menonton film tersebut daripada film lain yang lebih laku.
Sebagai tambahan, hingga kini saya belum sekalipun menonton Laskar Pelangi justru karena film itu terlalu laris. Sudah tiketnya susah diperoleh, biasanya dapat tempat duduk paling depan yang bikin leher jadi sakit. Yah, cukup orang lain saja yang menonton. Tidak ada saya juga film-film laku itu tetap diburu orang....

Bentuk Partisipasi
Saya sebenarnya merasa agak geli saat menuliskan alasan ini. Soalnya, ini alasan yang pasaran tapi ada benarnya juga. Meski sering kesal karena kecewa dengan film atau sinetron-nya, saya tidak kapok menonton karya-karaya orang Indonesia itu. Yah, seperti orang merokok, sekalipun sudah batuk-batuk, sulit untuk berhenti.
Ah, ngaco!
Alasan sebenarnya adalah karena SAYA CINTA INDONESIA BESERTA ISI-NYA.

Saya Ingin Menjadi Bagian dari Industri Ini
Ini alasan paling pribadi. Saya ingin menjadi penulis skenario, profesi yang konon (di Indonesia) jumlahnya lebih sedikit daripada sutradara. Kalau saya tidak suka film dan sinetron Indonesia, bagaimana saya bisa menjadi bagian dari industri tersebut?
Saya ingin menjadi penulis skenario bukan karena kesal melihat buruknya sebagian film dan sinetron kita, melainkan karena saya memang suka. Alasan lainnya, baca alasan berikutnya.

Berharap Menjadi Kaya Berkat Film dan Sinetron
Ini alasan paling jujur. Saya mau jadi kaya (atau setidaknya bisa hidup) dari menulis skenario. Nah, kalau belum apa-apa saya tidak mau menonton film dan sinetron Indonesia karya orang lain, bagaimana saya bisa berharap karya-karya saya kelak juga diapresiasi? Kalau tidak ada yang menonton, berarti saya tidak bakal kaya, dong....

Sepuluh alasan di atas adalah alasan saya pribadi. Tiap orang pasti punya alasan sendiri untuk menonton atau tidak menonton film dan sinetron Indonesia. Tapi, kalau bisa, cintailah film Indonesia walaupun harus diakui, sebagian memang bikin sakit hati. Huhuhu....

Aku cinta...
Anda cinta...
Buatan Indonesia...

Read More..

Rabu, 25 Februari 2009

HOREE! HEATH LEDGER DAPAT OSCAR!

Sebenarnya, saya mulai bosan dengan tampilan blog ini. Maunya sih ganti template. Tapi bagaimana dengan text yang sudah saya edit ya? Meski hasil editan blog ini sering gagal (maklum, raja gaptek...), saya ingin mempertahankan apa yang sudah capek-capek saya kerjakan. Jadi ya, meskipun sudah bosaaan, saya tetap mempertahankan blog ancur-ancuran ini!

Oh ya, meski kemarin tidak nonton acaranya (di TV, sih), saya senang dengan hasilnya. Mendiang Heath Ledger, aktor bule favorit saya, akhirnya dapat Oscar juga sebagai Aktor Pendukung Terbaik 2009.


Itu artinya, film superhero seperti The Dark Knight pun punya kesempatan yang sama mendapatkan penghargaan. Jadi bukan melulu penghargaan untuk efek khusus dan sejenisnya. Beda dengan di Indonesia. Film horor (karena kita tidak membuat film superhero setelah era Gundala) jangan harap dapat penghargaan, paling jadi unggulan. Padahal, kadang-kadang, akting pemeran setan-nya jauh lebih bagus daripada akting pemeran film drama lho. Hehehe... ngawur!

Ups, kok jadi ngoceh sendiri? Padahal mau mengucapkan selamat buat Mr. Ledger. R.I.P ya, Mas Heath! Moga-moga senang dapat piala yang seharusnya sudah didapat beberapa tahun yang lalu itu.... SEKIAN

Read More..