Rabu, 14 Januari 2009

BAGAIMANA KALAU ADEGAN ITU DIBUAT SEPERTI INI? (1)

Sering menonton sinetron stripping yang isinya 'orang gila' semua? Maksudnya, karakter-karakter dalam sinetron itu semuanya punya kebiasaan yang aneh dan agak gila : suka bicara sendiri. Misalnya, dalam gambar sudah jelas ditunjukkan bahwa dua karakter membicarakan sesuatu, karakter lain--biasanya menguping atau mengintip kedua karakter tersebut--malah bicara sendiri. Omongannya ya mengulang apa yang sudah diketahui oleh penonton....

Gawat sekali, 'kan? Sudah menyuguhkan orang gila, sinetron tersebut menempatkan penonton sebagai pihak yang bodoh, yang harus menerima informasi yang sama sampai dua kali agar mengerti. Wah, wah, wah....

Seorang teman saya bilang, itu taktik pembuat sinetron--dalam hal ini penulis skenario--untuk menambah durasi. Hei, hei, hei, padahal, sejak SD sampai tua begini, Guru Bahasa Indonesia kita selalu mengajarkan bahwa kalau mengarang, hindari pemborosan kata-kata. Nah, mengapa sekarang para penulis skenario itu memboroskan kata-kata? Oh ya, saya lupa, untuk menambah durasi....


Lalu, bagaimana dengan adegan dengan latar hujan deras? Yeah, kita tahu, air hujan buatan dalam sinetron dan film Indonesia dibuat seadanya. Hingga kelihatan sekali bahwa hujan buatan tersebut berasal dari selang raksasa....

Celakanya, banyak sekali film dan sinetron kita--ingat, 'kita' yang dimaksud adalah Indonesia--yang mengeksplorasi adegan semacam ini. Sekalipun tidak perlu, adegan hujan-hujanan dipaksakan untuk menimbulkan efek 'dramatis'.

Padahal, adegan-adegan seperti ini biasanya malah menjadi lucu. Bayangkan, mana ada orang mau bertengkar di bawah hujan deras? Lalu, berapa banyak orang sih yang tetap nekad menembus hujan deras hanya untuk kabur dari orang yang tak ingin ditemui? Saya pernah bertengkar dengan pacar saya dan berniat meninggalkan dia di mal tempat kami kencan. Tapi karena di luar hujan deras, ya saya tidak jadi pulang. Lebih baik jalan-jalan sendiri...

Lantas, bagaimana?

Kalau boleh usul nih, daripada menampilkan adegan yang berisi 'orang-orang gila' yang suka bicara sendiri, lebih baik disiasati dengan teknik Voice Over atau VO. Jadi, karakter bersangkutan tampak sedang berbicara dalam hati.

Atau, kalau memang tidak perlu, buat apa menampilkan gaya 'orang gila' tersebut?

Kemudian, soal adegan hujan-hujanan itu. Apa tidak lebih baik kalau hujan-hujanan itu ditiadakan saja? Selain kurang menunjang cerita, bukankah sangat merepotkan? Sementara hasilnya sudah bisa dipastikan tak akan sama dengan hujan sungguhan.

Kalau mau kelihatan dramatis, bagaimana kalau dibuat adegan indoor tapi dengan latar belakang berupa (kaca) jendela basah dan berembun oleh air hujan? Percaya deh, adegan itu tak akan tampak seperti adegan romantis a la orang pacaran jika diikuti suara guntur yang menggelegar dan kilatan cahaya petir. Kalau khawatir akan tampak seperti adegan film horor, jangan buat adegan orang bertengkar atau bersitegang seperti orang mau berkelahi, dong. Karakternya tidak perlu berteriak-teriak, cukup bertengkar dengan suara yang ditekan tapi mampu menggambarkan suasana hatinya...

Terlalu sulit? Ya tidak juga. 'Kan untuk menjadi aktor atau aktris, dituntut harus menguasai yang satu satu itu : akting!

Saya bukan orang yang sok, hanya menyampaikan apa yang saya bayangkan mengenai adegan-adegan dalam film dan sinetron yang mampu menghanyutkan saya....

Yap, sekian dulu. Nanti saya lanjutkan lagi ya.... Terima kasih....



Read More..

Jumat, 09 Januari 2009

OH, SINETRON-MAKERS.... JANGAN PERLAKUKAN PENONTON SEPERTI ORANG BODOH...

Alisa (Alyssa Soebandono) mabuk gara-gara dikerjain Natasha (Nia Ramadhani) dan diantar oleh Evan (Christian Sugiono). Dalam perjalanan, Alisa mengaku mencintai Evan hingga Evan happy berat dan menghentikan mobil di tengah jalan agar Alisa bisa ikut keluar dari dalam mobil dan meneruskan pengakuannya. Akibatnya, jalanan menjadi macet dan pengendara di belakangnya memaki karena mobil Evan berhenti di tengah jalan. Padahal, gambar menunjukkan bahwa Evan menghentikan mobil di pinggir jalan!


Itu belum apa-apa. Tak berapa lama, mobil polisi datang. Berikutnya, ditunjukkan adegan Alisa berada di dalam sel tahanan sementara Evan--pemilik mobil yang (katanya) parkir sembarangan--justru tidak ditangkap.

Apa?!

Alisa memang (ceritanya) mabuk. Tapi dalam soal pelanggaran lalu lintas, anak kecil juga tahu, Evan-lah yang bersalah. Jadi, sudah sewajarnya jika Evan-lah yang ditangkap polisi, atau kalau polisi-polisi 'goblok' itu rajin, mereka bisa membuat Alisa menemani Evan... di dalam sel tahanan!

Yap, cerita di atas adalah cuplikan adegan dalam sinetron Alisa yang tayang pada Kamis, 8 Januari 2009 di RCTI. Menurut jadwal, sinetron ini tayang setiap pukul 20.00 WIB. Hanya ini informasi yang saya ketahui. Soalnya, saya memang malas menonton sinetron. Cuplikan di atas saya tonton karena malas memencet tombol program di TV. Maklum... remote control TV tante saya sudah lama rusak... Hehehe.

Ya, ya, ya.... Kita tahu, bikin sinetron itu susah, rumit dan banyak makan uang, tenaga, waktu dan pikiran. Tapi tolong dong, bikin cerita jangan yang super tulalit seperti itu. Yang benar saja, masa' polisi digambarkan begitu bodohnya? Yang lebih parah lagi, memangnya penonton itu bodoh, sampai-sampai bisa ditipu dengan adegan-adegan yang dibuat hanya agar tokoh Evan bisa senyum-senyum melihat Alisa yang tak sadarkan diri di balik jeruji besi?

Kata orang, kalau tidak suka, jangan nonton. Iya, memang benar... Tapi kalau hampir semua sinetron berisi adegan-adegan tolol seperti itu, sinetron bagus apa lagi yang bisa ditonton? Adegan orang kejar-kejaran di bawah hujan deras... adegan orang bertengkar di bawah hujan deras... adegan 'orang gila ngomong sendiri'... adegan cewek jahat mengerjai cewek lemah bin bego.... Ya ampun, banyak amat ya adegan klise dan bodoh dalam dunia per-sinetron-an kita?

Adegan-adegan yang saya sebutkan di atas baru sebagian. Masih banyak adegan-adegan bodoh yang bisa disebutkan kalau ada waktu. Ini gara-gara penayangan setiap hari nih, makanya tim kreatif dan para pembuat sinetron lainnya jadi tidak punya waktu cukup untuk berkreasi lebih oke.
Hal ini kadang diperparah oleh situasi tak diinginkan yang berkaitan dengan produksi sebuah sinetron. Seorang penulis skenario yang sempat saya kenal pernah mengeluhkan seorang artis yang membuat ia (penulis tersebut) harus kerja rodi. Pasalnya, artis tersebut akan berlibur ke luar negeri dengan pacarnya selama sepuluh hari. Jadi, sang penulis skenario dan rekannya harus mengerjakan sedikitnya selusin skenario dalam waktu yang lebih singkat daripada sebelumnya!
Bayangkan, betapa mepet-nya pekerjaan mereka. Jadi, tidak heran jika hasil yang diperoleh jauuuh di bawah 'standar'. Akibatnya, para penonton yang harus menelan bulat-bulat sinetron kacangan yang dihasilkan oleh PH-PH. Penonton--yang menonton sinetron secara gratisan--dipaksa memaklumi betapa amburadulnya sinetron yang tayang. Diperlakukan seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa!
Padahal, kalau dipikir-pikir, penonton sinetron bukan penonton yang gratisan lho. Selain harus bayar listrik untuk menghidupkan TV, penonton juga dipaksa menyaksikan iklan-iklan yang porsi tayangnya kadang hampir sama dengan porsi tayang sinetron itu sendiri. Penonton sinetron (TV) dibujuk untuk mengonsumsi produk-produk yang diiklankan. Kalau ada satu saja penonton yang terpengaruh bujuk rayu pengiklan yang mengiklankan produk pemutih kulit seharga seratus ribuan, bukankah uang yang dia keluarkan sudah cukup untuk membeli empat atau enam lembar tiket nonton film di bioskop?
Ya.... penonton tersebut memang mendapatkan produk yang diinginkan. Tapi, bukankah dengan membeli produk yang diiklankan sama saja dengan menghidupkan pengiklan? Dengan begitu, penonton turut membiayai penayangan sebuah sinetron dan ujung-ujungnya, membantu produksi sinetron itu sendiri. Jadi, sebenarnya menonton sinetron itu tidak gratis!!!
Maka, kalau ada penonton yang protes, mengapa sinetron ini jelek dan sinetron itu bodoh, jangan disalahkan, dong. Sebab, penonton juga punya andil dalam menyejahterakan para bintang sinetron. Kalau tidak ada lagi yang mau nonton sinetron, artis-artis dan para pembuat sinetron mau makan apa?!
Jadi, tolong.... sinetron-makers, jangan perlakukan penonton seperti orang bodoh. Walaupun kerja kalian berat dan mepet, tolong, kalau bisa, jangan membuat sinetron dengan adegan-adegan bodoh dan tak masuk akal. Sebab, kalian butuh mereka, para penonton sinetron yang--walaupun sudah dianggap bodoh dan disuguhi tayangan berkualitas 'ancur'--setia dan tak bosan mendukung per-sinetron-an kita.
Atau, mungkin sebaiknya sinetron diproduksi per musim (paling banyak 20 episode per musim) saja agar mutunya terjaga? Ah, saya tak tahu.... Yang pasti, berhentilah menyuguhkan sinetron-sinetron dengan adegan-adegan 'aneh bin ajaib'!
Sekian keluhan saya. Salam.

Read More..