Sering menonton sinetron stripping yang isinya 'orang gila' semua? Maksudnya, karakter-karakter dalam sinetron itu semuanya punya kebiasaan yang aneh dan agak gila : suka bicara sendiri. Misalnya, dalam gambar sudah jelas ditunjukkan bahwa dua karakter membicarakan sesuatu, karakter lain--biasanya menguping atau mengintip kedua karakter tersebut--malah bicara sendiri. Omongannya ya mengulang apa yang sudah diketahui oleh penonton....
Gawat sekali, 'kan? Sudah menyuguhkan orang gila, sinetron tersebut menempatkan penonton sebagai pihak yang bodoh, yang harus menerima informasi yang sama sampai dua kali agar mengerti. Wah, wah, wah....
Seorang teman saya bilang, itu taktik pembuat sinetron--dalam hal ini penulis skenario--untuk menambah durasi. Hei, hei, hei, padahal, sejak SD sampai tua begini, Guru Bahasa Indonesia kita selalu mengajarkan bahwa kalau mengarang, hindari pemborosan kata-kata. Nah, mengapa sekarang para penulis skenario itu memboroskan kata-kata? Oh ya, saya lupa, untuk menambah durasi....
Lalu, bagaimana dengan adegan dengan latar hujan deras? Yeah, kita tahu, air hujan buatan dalam sinetron dan film Indonesia dibuat seadanya. Hingga kelihatan sekali bahwa hujan buatan tersebut berasal dari selang raksasa....
Celakanya, banyak sekali film dan sinetron kita--ingat, 'kita' yang dimaksud adalah Indonesia--yang mengeksplorasi adegan semacam ini. Sekalipun tidak perlu, adegan hujan-hujanan dipaksakan untuk menimbulkan efek 'dramatis'.
Padahal, adegan-adegan seperti ini biasanya malah menjadi lucu. Bayangkan, mana ada orang mau bertengkar di bawah hujan deras? Lalu, berapa banyak orang sih yang tetap nekad menembus hujan deras hanya untuk kabur dari orang yang tak ingin ditemui? Saya pernah bertengkar dengan pacar saya dan berniat meninggalkan dia di mal tempat kami kencan. Tapi karena di luar hujan deras, ya saya tidak jadi pulang. Lebih baik jalan-jalan sendiri...
Lantas, bagaimana?
Kalau boleh usul nih, daripada menampilkan adegan yang berisi 'orang-orang gila' yang suka bicara sendiri, lebih baik disiasati dengan teknik Voice Over atau VO. Jadi, karakter bersangkutan tampak sedang berbicara dalam hati.
Atau, kalau memang tidak perlu, buat apa menampilkan gaya 'orang gila' tersebut?
Kemudian, soal adegan hujan-hujanan itu. Apa tidak lebih baik kalau hujan-hujanan itu ditiadakan saja? Selain kurang menunjang cerita, bukankah sangat merepotkan? Sementara hasilnya sudah bisa dipastikan tak akan sama dengan hujan sungguhan.
Kalau mau kelihatan dramatis, bagaimana kalau dibuat adegan indoor tapi dengan latar belakang berupa (kaca) jendela basah dan berembun oleh air hujan? Percaya deh, adegan itu tak akan tampak seperti adegan romantis a la orang pacaran jika diikuti suara guntur yang menggelegar dan kilatan cahaya petir. Kalau khawatir akan tampak seperti adegan film horor, jangan buat adegan orang bertengkar atau bersitegang seperti orang mau berkelahi, dong. Karakternya tidak perlu berteriak-teriak, cukup bertengkar dengan suara yang ditekan tapi mampu menggambarkan suasana hatinya...
Terlalu sulit? Ya tidak juga. 'Kan untuk menjadi aktor atau aktris, dituntut harus menguasai yang satu satu itu : akting!
Saya bukan orang yang sok, hanya menyampaikan apa yang saya bayangkan mengenai adegan-adegan dalam film dan sinetron yang mampu menghanyutkan saya....
Yap, sekian dulu. Nanti saya lanjutkan lagi ya.... Terima kasih....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar