Sabtu, 30 Agustus 2008

MOST UNFORGETABLE MOVIES EVER (1)

Saya bukan 'orang film' dan tidak mengerti, film 'bagus' itu yang seperti apa. Bahkan, film pemenang Oscar dan sukses secara komersial seperti trilogi Lord of the Ring pun, bagi saya bukan film yang terlalu istimewa untuk dipuja-puji.
Pun Crouching Tiger Hidden Dragon (CTHD), menurut saya juga biasa saja. Soalnya saya penggemar To Liong To dalam versi apa pun, baik film bioskop, serial TV dan komiknya. Jadi, meskipun kabarnya CTHD mendapatkan empat Oscar, saya masih lebih menyukai serunya intrik di antara partai-partai besar seperti Kay Pang dan Shaolin daripada kisah Li Mu Bai dan orang-orang di sekelilingnya.
Sebenarnya, bagi saya, tidak ada istilah 'film bagus'. Yang ada hanya 'film tak terlupakan'. Yakni, film yang tidak membuat saya bosan dan rela menontonnya berkali-kali, tidak peduli film tersebut adalah pemenang penghargaan atau bukan. Cult movie pun belum tentu masuk dalam 'kategori' ini bagi saya, karena ini masalah 'hati' (cieee), bukan soal pengaruh film tersebut ke orang banyak atau tidak.
Ada beberapa film yang tak terlupakan bagi saya. Untuk film Indonesia, sedikitnya ada 3 judul film bioskop yang tidak membuat saya bosan berapa kalipun saya menontonnya. Alasannya bisa bermacam-macam, bisa karena cerita dan soundtrack-nya yang oke. Pokoknya, tak ada rumusan baku. 'Kan ini masalah hati...(sok romantis, roman manis hati iblis!) Ya ngga?


ADA APA DENGAN CINTA? (2002)
Berani taruhan, pasti banyak yang setuju dengan pilihan saya ini. Kalau tidak setuju, emang gue pikirin? Hehehe...

Film ini berkesan bukan karena ceritanya (kalau aspek yang ini sih, agak basi...), melainkan karena skenario, karakter Rangga yang inspiratif (bagi saya, tentunya) dan tata musik yang selaras dengan tema filmnya.
Saya mengenal film ini dengan jalan yang cukup unik : membaca skenario-nya terlebih dahulu, baru kemudian tertarik menontonnya. Soalnya, tadinya saya memandang sinis film remaja puitis ini karena tema ceritanya yang cintaaaa melulu (sesuai judulnya) yang membuat jenuh. Namun setelah membaca skenario yang ditulis oleh Jujur Prananto dibantu tim produksi yang oke, saya jadi penasaran. Akhirnya, ya begitulah, sampai saat ini saya tak bisa mengingat, sudah berapa kali film ini saya tonton.
Beberapa teman dan keluarga menertawai kegemaran saya terhadap film ini, tapi emang gue pikirin? Soalnya saya memang terinspirasi oleh Rangga yang pandai menulis puisi. Kalau tak pernah 'bertemu' dengan karakter yang mirip karakter 'pacar favorit' manga ini, apa jadinya saya? Barangkali hingga kini saya masih belum menemukan 'lentera jiwa' saya : hidup sebagai penulis...
Soal tata musiknya, ah you know-lah why... Masa' harus dijelaskan lagi?
JANJI JONI (2005)
Kalau banyak yang tidak setuju, saya tidak heran. Habis, film ini ceritanya memang aneh bin ajaib, masa' dalam waktu kurang dari 90 menit, Si Jontor eh Joni, bisa mengalami berbagai hal?
Anehnya, meski film ini ceritanya aneh (tapi juga unik, jarang-jarang mengangkat tema kehidupan seorang pengantar rol film) dan banyak dialog yang 'Hollywood banget' dan agak menggurui (tebak, di adegan mana saja?), saya kok tetap menyukainya? Bahkan, menontonnya di bioskop sampai 6 kali!
Hehehe... Joko Anwar saja sampai bengong waktu mendengar pengakuan saya. Kalau dipikir-pikir, kelihatannya memang seperti orang kurang kerjaan, tapi kata orang Makassar, "mo mi di apa? Hobi...?"
Habis, saya benar-benar kepincut dengan tata musik dan soundtrack-nya yang fuh, keren pisan... Jarang-jarang saya memaksakan diri khusus memiliki album soundtrack sebuah film, tapi untuk film yang satu ini, tak wajib punya!
Why?

Cause I've got Johnny in my head!!!
NAGABONAR (1987)
Sekuelnya memang kurang 'nancep di hati', tapi tidak demikian dengan prekuelnya. Saya memang agak terlambat mengenal film ini, baru pada dekade 90-an. Tapi tidak masalah, toh film bagus seperti ini tidak ada tanggal kadaluarsa-nya seperti isi parsel Lebaran.
Kalau film yang satu ini, alasan saya betah menontonnya berkali-kali hanya karena kekuatan cerita dan skenario-nya. Perkara bahwa akting para pemain-nya bagus-bagus, itu bukan perhatian saya karena saya memang kurang paham, akting yang bagus itu seperti apa. Bagi saya, perjalanan menuju 'pencerahan' seorang mantan copet dan jenderal gadungan menjadi seorang pejuang kemerdekaan sejati adalah kisah tak terlupakan yang hebatnya, disajikan dengan penuh humor. Ini menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin membuat film 'bagus' tanpa harus berumit-rumit dengan dialog-dialog aneh yang membuat kening penonton--terutama yang 'malas mikir' seperti saya--berkerut-kerut karena bingung. Pak Asrul Sani almarhum memang hebat!
Bagaimana, coy? Itulah tiga film bioskop Indonesia tak terlupakan yang bisa saya sebut sebagai film-film bagus versi seorang Pasha Fathanah. Semuanya film 'ringan', tapi semuanya pernah mendapat penghargaan dalam berbagai festival film, lho. Jadi, 'ringan' bukan berarti 'dangkal', bukan? Setuju?

Tidak ada komentar: