Senin, 25 Agustus 2008

HOW FILM CHARACTERS SAVE MY LIFE (1)

Saya harus akui, saya nyaris tak punya idola. Maklumlah, saya bukan anak Jepang yang sejak kecil diarahkan untuk punya idola--idola yang 'nyata'--dalam kehidupannya. Walaupun kebanyakan orang menyebut ibu, ayah, kakak atau sahabat mereka sendiri--bahkan artis atau olahragawan sekalipun!--sebagai idola, sejak kecil saya sudah gamang dalam menentukan 'sang idola' yang (mudah-mudahan) bisa memengaruhi saya dan kehidupan saya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pikir saya, punya idola percuma. Karena bila kita telanjur mengidolai seseorang, besok-besok, biasanya terjadi 'sesuatu' yang melunturkan 'ke-idola-an' idola itu sendiri. Bisa jadi, sang idola melakukan hal yang tercela di mata saya atau justru, tumbuh menjadi sangat 'besar' hingga menimbulkan 'kecemburuan' aneh dalam diri saya : mengapa ia menjadi sangat jauh di sana hingga saya tak bisa mencapainya lagi?

Jadi, cukuplah dikatakan bahwa saya memiliki 'orang-orang favorit' dalam berbagai bidang yang tak beralasan jika sampai saya cemburui. Misalnya, saya memilih Chow Yun Fat, Johhny Depp, Shah Rukh Khan (oh yes, I love this man!) Christopher Lambert dan mendiang Heath Ledger sebagai aktor-aktor luar negeri favorit. Untuk aktor dalam negeri, saya menyukai akting Nicholas Saputra dan Deddy Mizwar. 'Umum' sekali, tapi itulah yang sebenarnya. Sedangkan untuk aktris, saya suka Ria Irawan dan Nani Wijaya (kalau jadi nenek 'preman', beliau bermain bagus sekali).

Tapi... bukan mereka yang memengaruhi saya dan kehidupan saya. Saya justru lebih terpengaruh oleh sepak terjang sosok-sosok yang tak pernah ada. Sosok-sosok fiktif, yang hanya kita temui di layar film!

Ya, kalau Metro TV menayangkan acara berjudul (kira-kira saja, soalnya saya jarang menontonnya) How Science Fiction Saves My Life yang membahas bagaimana film-film fiksi ilmiah seperti trilogi Terminator dan Matrix memengaruhi kehidupan luar film, maka saya juga punya 'acara' sendiri : How Film Characters Save My Life.

Ya, 'menyelamatkan' hidup saya. Seperti dalam Janji Joni, yang menampilkan sekilas bagaimana seorang anak badung terinspirasi oleh film Bad Boys dan menjadi polisi, maka saya pun 'terselamatkan' oleh karakter-karakter rekaan ini. Apa yang mereka lakukan dan alami--dalam film, tentunya--telah mengilhami saya untuk 'berbuat' sesuatu. Mungkin merekalah 'idola' saya sesungguhnya, idola yang tak akan membuat saya merasa 'jauh' dengan mereka justru karena ada batas jelas di antara kami : batas antara alam fiksi dan alam non-fiksi eh nyata.


IKKI PHOENIX (Saint Seiya, 1986)
Kalau mau tertawa, silakan, sekaranglah saatnya. Masa bodoh, yang pasti saya tetap memasukkan nama yang satu ini ke dalam daftar. Apa boleh buat, karakter manga dan anime karya Masami Kurumada ini telanjur membuat saya terkagum-kagum. Karakternya yang 'ke-rangga-rangga-an' (atau Rangga yang 'ke-ikki-ikki-an'?) dalam arti keras, agak sombong dan penyendiri menginspirasi saya dalam mendesain karakter yang mirip dengannya. Malah, kadang saya merasa seperti seorang plagiator karena meng-copy hampir 60% desain karakternya!
Tapi, tentu saja tidak akan sampai meniru dalam arti sebenarnya. Toh dalam manga dan anime, lazim dijumpai karakter yang serupa tapi tak sama dengan Ikki seperti Shinichi Kudo dan karakter 'pacar favorit' dalam sejumlah manga romantis untuk pembaca cewek. Kalaupun karakter Ikki juga mirip dengan karakter dalam karya-karya sebelum Saint Seiya, kita anggap saja sebagai bagian dari lingkaran inspirasi yang akan menambah kaya nilai sebuah karya. Bagi saya, karakter dengan model klotokan seperti Ikki memberi warna tersendiri dan menjadi salah satu model favorit untuk karakter-karakter sidekick. Jadi, kalau mau menciptakan jagoan dengan segala sifat yang sebenarnya 'kurang pantas' disandang oleh seorang jagoan, pakailah 'rumus' a la Ikki.
Huah... heran juga, kok Kurumada bisa-bisanya lebih memilih BT X daripada meneruskan Saint Seiya, ya?

USAGI TSUKINO (Sailor Moon, 1992)
Jangan patah semangat hanya karena kamu tak pandai di sekolah dan hampir tak bisa melakukan apa pun dengan benar. Sebab, bisa jadi, ada kekuatan tersembunyi dalam dirimu yang akan membuatmu menjadi seorang Pretty Soldier! Duuuh, senangnya menjadi Usagi!
Walaupun saya kurang menyukai beberapa hal dari anime yang satu ini karena 'cewek banget', saya menjadikan anime ini sebagai pelipur lara setiap kali saya merasa lemah dan tak berdaya karena kerap kali menemui kegagalan demi kegagalan. Ada banyak pelajaran yang menarik yang saya tarik dari serial fenomenal ini. Selain pesan agar jangan merasa sangat bodoh karena bisa jadi kamu sebenarnya adalah seorang pahlawan bagi banyak orang, ada satu hal lagi yang tak kalah menarik : cewek pun bisa menjadi ksatria penolong kekasihnya, seperti dalam salah satu episode (lupa episode yang mana) di mana Usagi--yang kekuatannya telah hilang--berjuang menembus barikade tumbuhan raksasa berduri demi menyelamatkan Mamoru yang tubuh dan jiwanya ditawan oleh musuh besar Sailor Moon. Oh, romantisnya...

RANGGA (Ada Apa dengan Cinta?, 2002)
Nah... ini dia sosok fiktif yang menginspirasi saya untuk mulai menulis lagi. Cowok jutek tapi kesepian ini (ceritanya) bisa bikin puisi yang membuat hati cewek populer maca Cinta jadi penasaran. Sebenarnya saya tidak begitu bisa menulis puisi. Tapi entah mengapa, setelah melihat aksi Rangga menaklukkan hati Cinta hanya dengan puisi, saya jadi teringat pada cita-cita lama yang pernah saya lupakan : menulis sebagai pilihan hidup. Soo desu... karakter yang mirip karakter cowok-cowok manga dan anime (cool, penyendiri dan agak aneh) ini membuat saya yakin bahwa dengan menulis, kita bisa mendapatkan banyak hal positif : cewek (cinta), penghargaan dan... duit!
Oke, sampai di sini dulu. Kapan-kapan saya sambung lagi. Sebab, masih banyak karakter film yang akan saya bahas karena telah 'menyelamatkan' saya. Dengan kekuatan bulan, akan menghukummu eh, menghubungimu lagi!

Tidak ada komentar: