Jumat, 03 Juli 2009

KARAKTER SIDEKICK YANG MENCURI PERHATIAN (1)

Dalam bukunya, Menjadi Penulis Skenario Profesional (Grasindo, 2004), Sony Set menulis bahwa karakter sidekick adalah karakter yang berpasangan dengan karakter protagonis (utama). Tugasnya membantu setiap tugas yang diemban sang karakter protagonis. Karakter ini biasanya bertindak sebagai teman, guardian, penolong atau guru yang membantu sang protagonis.

Namun dalam beberapa film, karakter sidekick justru lebih diingat daripada karakter utama atau protagonis. Sebab, selain sangat membantu karakter utama dan setia, biasanya karakter ini juga unik. Unik dalam hal ini bisa bermakna unik dalam penampilan fisik, kebiasaan mau pun kemampuan yang ditempelkan dalam sebuah karakter.

Nih, contoh sidekick yang (menurut saya) lebih diingat atau lebih menonjol daripada karakter utama sebuah film itu sendiri.

DORY-FINDING NEMO (2003)
Berani taruhan, siapapun yang pernah menonton Finding Nemo, pasti bisa mengingat karakter pin-pin bo yang satu ini. Punya banyak kemampuan, tapi pelupanya minta ampun. Bayangkan, ada karakter yang bisa lupa bahwa ia mampu melakukan banyak hal yang pernah dipelajarinya! Dory, ‘cewek’ jenius tapi pelupa dan ceroboh ini, dengan segala kekonyolannya akhirnya dapat membantu Marlin, karakter utama, mencari dan menyelamatkan Nemo.

RADEN-KING (2009)
Satu dari dua film terbaru yang sempat saya saksikan adalah King. Film yang diilhami dari kehidupan legenda bulutangkis Liem Swie King ini, selain menampilkan karakter Guntur sebagai ‘titisan’ King, juga mengorbitkan karakter Raden, sahabat Guntur. Raden yang banyak akal selalu setia membantu Guntur meskipun sering kali justru akhirnya menyusahkan Guntur juga. Rambutnya yang kribo, caranya mencari perhatian Michelle (karakter sidekick lainnya), hingga gaya badungnya sempat membuat saya ‘melupakan’ Guntur. Bagi saya, inilah karakter yang mencuri perhatian.

MIROKU-INUYASHA (1999-…..)
Barangkali banyak yang tidak setuju. Namun entah mengapa, karakter Miroku, pendeta genit dalam manga dan anime Inuyasaha lebih menarik perhatian saya daripada karakter Inuyasha sendiri. Memang, Inuyasha sendiri sudah unik dengan sifatnya yang pemarah, cerewet dan gengsian itu. Namun Miroku, yang genitnya lebih ‘elegan’ daripada Jin Kura-kura dalam Dragon Ball ini punya kesaktian yang menurut saya unik (tahu ‘kan, apa kesaktian pacar Sango ini?), bahkan untuk ukuran manga sendiri. Karakter pendeta yang senang main mata dengan cewek, barangkali hanya Miroku. Itulah alasan mengapa saya lebih mengingat karakter ini.

HERI + BANG DULLAH-GARUDA DI DADAKU (2009)
Heri, sahabat Bayu yang lumpuh sejak lahir ini tidak ditampilkan sebagai anak yang terpuruk dalam kecacatannya. Sebaliknya, Heri adalah motivator sekaligus ‘manajer’ Bayu yang siap sedia menolong Bayu dalam mewujudkan cita-citanya menjadi anggota timnas sepakbola Indonesia U-13. Dikombinasikan dengan Bang Dullah yang setia, cerewet tapi tulus, pasangan ini sukses menjadi sidekick yang solid dan mampu mencuri perhatian.

Begitulah, sejumlah karakter sidekick yang dapat saya ingat dan menurut saya mampu mencuri perhatian. Tentu masih banyak karakter sidekick yang tidak disebutkan di sini, tapi dari keempat contoh di atas, setidaknya saya dapat menyimpulkan bahwa karakter sidekick itu umumnya :


KONTRADIKTIF
Sifat pelupa Dory digabungkan dengan kejeniusannya. Jadilah karakter unik yang agak konyol dan memancing tawa. Badung-nya Raden dipadukan dengan semangat menolong yang tinggi, menciptakan karakter yang unik karena hasilnya justru bukannya menyelesaikan masalah, melainkan hanya menambah runyam persoalan. Lalu ada Miroku yang mengaku pendeta tapi genitnya minta ampun serta Heri yang cacat namun semangatnya mengalahkan mereka yang fisiknya lebih sempurna. Jadi, kalau mau menciptakan karakter sidekick (juga karakter lain) yang unik dan menonjol, gabungkanlah dua atau lebih hal atau unsur yang (menurut kita) berlawanan. Ingat Dawson’s Creek, serial yang mengangkat nama Katie Holmes dan Michelle Williams? Tokoh utamanya, Dawson, menetap di kota kecil namun cita-citanya sangat ‘metropolis’ : menjadi seorang pekerja film. Coba saja formula ini, siapa tahu sukses.

TIDAK SEMPURNA
Saya pernah mengikuti sebuah pelatihan singkat penulisan skenario. Dalam pelatihan tersebut, saya dan peserta lain dibagi dalam beberapa kelompok yang kemudian ditugasi membuat sebuah sinopsis film cerita. Pada saat mendesain karakter utama cerita film yang kami buat, saya sempat terheran-heran dengan keinginan teman sekelompok saya menciptakan karakter yang standar dan membosankan : ganteng, baik hati, pintar dengan kehidupan yang ‘sempurna’. Saat itu saya mengalah dan mengiyakan saja meskipun dalam hati berkata, pantas saja menonton sinetron menjadi sangat membosankan. Habis, karakter pangeran-nya terlalu sempurna. Sekadar menambah contoh, pada masa awal ‘kebangkitan’ perfilman Indonesia pada awal 2000-an, sebuah film bioskop bertema cinta remaja/anak muda, dirilis dengan promosi cukup gencar. Film yang dihiasi lagu era 80-an itu ternyata gagal di pasaran. Tidak ada yang tahu pasti apa penyebabnya. Namun, karakter utama film tersebut boleh dibilang sangat tidak manusiawi. Yang cewek digambarkan sederhana dan baik hati sementara yang cowok adalah ‘pangeran’ tampan, baik hati, pintar dan kaya raya…. Persis sinetron.

MEMILIKI KETERAMPILAN ‘KHUSUS’
Umumnya, karakter sidekick memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh karakter utama. Contoh paling jelas adalah Dory. Seandainya Dory tidak ada, maka Marlin tentu akan sangat kesulitan mencari Nemo. Demikian pula Bang Dullah yang setia mencarikan lapangan sepakbola untuk Bayu, bahkan mengambilkan bola yang masuk ke halaman tetangga. Sebuah ‘tugas’ yang tak bisa dilakukan sendiri oleh Bayu.

OVER PEDE
Satu hal lagi yang umumnya menempel dalam diri seorang sidekick adalah rasa percaya diri yang cenderung melewati batas. Percaya diri itu umumnya muncul karena perasaan lebih superior daripada karakter utama atau ‘gemas’ melihat ‘kebodohan’ karakter utama. Akibat dari rasa percaya diri tinggi tersebut biasanya justru merugikan meskipun pada awalnya, segala bantuan dari sidekick tampaknya membuahkan hasil yang baik. Contohnya adalah Heri yang membantu Bayu main kucing-kucingan dengan kakeknya hingga berujung pada kekacauan dan nyaris putusnya tali persahabatan di antara Bayu dan Heri.

AGAK KONYOL
Selain untuk membantu, jamak ditemukan kegunaan lain dari sidekick : memancing tawa. Makanya, sekalipun lebih pintar atau lebih bijaksana, biasanya sidekick bisa lebih konyol daripada karakter utama. Ada Dory dan Bang Dullah yang dapat dijadikan contoh. Keduanya memiliki kesamaan : lebih jernih dalam memandang persoalan tapi juga bisa keluar culun-nya. Misalnya, saat Marlin mengaku bahwa ia sudah berjanji tidak akan membiarkan Nemo tertimpa hal-hal yang buruk (kira-kira saja, soalnya saya sudah agak lupa). Dory dengan santai mengatakan bahwa janji Marlin adalah konyol, hingga membuat Marlin tersentak dan mulai menyadari kesalahannya dalam merawat Nemo. Namun di saat lain, Dory bisa dengan cuek (karena pikun) mengajukan pertanyaan tebak-tebakan yang sama pada Marlin….

LEBIH BERANI
Karena kegunaan karakter sidekick adalah membantu karakter utama atau protagonis, maka dengan sendirinya, seorang sidekick harus lebih berani. Contohnya pada adegan perkenalan Bayu dengan Johan Lestaluhu atau Guntur dengan Michelle. Di sini, para sidekick-lah yang berbicara atas nama protagonis atau karakter utama, karena karakter utama terlalu ‘takut’ untuk menunjukkan keberadaan-nya.

KERAS HATI
Biasanya, sidekick juga lebih keras hati daripada karakter utama. Pada saat karakter utama mulai patah semangat, sidekick-lah yang memompa semangatnya, meyakinkan bahwa karakter utama mampu. Contohnya adalah Raden. Tanpa diminta, ia melakukan apa saja untuk membantu Guntur menjadi seorang juara badminton. Atau Bang Dullah yang berusaha agar tali persahabatan Bayu dan Heri tidak putus. Jadi, masalah diatasi berkat andil karakter sidekick juga. Hebat ‘kan, karakter sidekick itu?

Nah, bagaimana? Dalam sebuah cerita, setiap karakter memiliki kegunaan masing-masing, tak terkecuali karakter ‘teman’ sang karakter utama atau sidekick. Dalam banyak cerita, karakter sidekick punya andil yang sangat besar dalam membantu mengatasi berbagai persoalan yang menjadi konflik dalam cerita. Bayangkan, apa jadinya karakter utama sebuah cerita jika tidak ‘dibantu’ melihat permasalahan dan mencari solusinya? Ceritanya akan kacau, bertele-tele seperti sinetron stripping ^_^

Tapi, tentu saja, jangan sampai heroisme karakter sidekick menggusur peran karakter utama. Karakter sidekick hanya membantu, namun pada akhir sebuah cerita, karakter utama-lah yang menjadi pihak yang menyelesaikan sebuah persoalan. Intinya, karakter sidekick hanya mengulurkan tali. Tinggal bagaimana cara karakter utama memanjat untuk keluar dari jurang persoalan. Oleh sebab itu, marilah kita membuat cerita dengan porsi karakter yang pas.

Sampai ketemu lagi, ya!

1 komentar:

faza mengatakan...

nice,,,,,^_^v