Minggu, 07 Juni 2009

PERHATIKAN SKENARIO YANG BURUK JUGA!

Gara-gara berbagai sebab, sudah lebih dari dua bulan ini saya tidak menonton satu film pun di bioskop. Tempo hari sempat ke Senayan City dan nyaris membeli tiket Night at The Museum 2, tapi batal. Soalnya, saya 'ngeri' melihat panjangnya antrian penonton.Maklum, akhir minggu....

Jadilah, saya yang mengaku pencinta film, belum menyalurkan hobi yang satu itu lagi selama beberapa bulan ini. Padahal, kalau mau membuat skenario, baik untuk sinetron mau pun film layar lebar, 'kan harus banyak-banyak menonton film. Tidak peduli film bagus atau jelek, sinetron menarik atau sampah, sebaiknya ditonton untuk menjadi tambahan referensi dalam menulis skenario.

Ada yang bertanya, untuk apa menonton film bioskop atau sinetron sampah kalau hanya bikin hati sebal minta ampun dan membuang waktu?

Ow, bagi saya, sekalipun hati kesal menonton sinetron yang isinya hanya penderitaan anak orang kaya yang terpaksa miskin karena terpisah dengan orang tuanya, saya merasa tidak membuang waktu. Sebab, dengan demikian, saya bisa belajar banyak dari berbagai kesalahan yang dituliskan dalam skenario sinetron bersangkutan, seperti terlalu banyak adegan pemain bergaya orang gila (ngomong sendiri) dan adegan teriak-teriak kalau marah seolah-olah semua orang punya volume suara yang sama dengan sirene pemadam kebakaran.


Belajar di sini maksudnya adalah agar besok-besok, saya tidak membuat adegan seperti itu dalam porsi yang terlalu banyak. Saya juga pernah kehilangan kata-kata saat menonton sebuah sinetron tentang seorang wanita berjilbab bermata tiga (tahu 'kan, sinetron apa itu?) yang difitnah oleh adiknya sendiri. Ceritanya, sang adik durhaka menuang kecap di tangannya dan menuduh si mata tiga telah membakar tangannya! Terus, ibu mereka marah-marah karena percaya bahwa si mata tiga memang telah mencelakai adiknya sendiri. Konyolnya lagi, sang ayah muncul dan meminta kakak-beradik itu disumpah Al-Qur'an untuk membuktikan siapa yang salah dan siapa yang benar! Padahal, anak kecil juga tahu, hal itu tidak perlu karena di mana-mana kecap warnanya coklat dan jelas sangat kontras dengan visualisasi luka bakar!

Tante saya ngakak waktu menyaksikan adegan itu sementara saya hanya geleng-geleng kepala. Kalau penulis skenarionya masih sama dengan yang dulu (beliau mantan calon 'bos' saya di sebuah PH di Jaktim), maka adegan tersebut adalah sebuah 'lompatan besar ke belakang' dari sang penulis skenario. Sebab, penulis skenario sinetron seri itu, saya tahu benar, adalah seorang penulis skenario sarat pengalaman yang sudah berkarya sejak zaman Dede Yusuf masih main film dan sinetron!

Oleh sebab itu sobat, kita jangan menilai bahwa mereka yang lebih berpengalaman pasti lebih ahli dalam sebuah bidang. Barangkali, karena terlalu 'ahli', seseorang jadi nekad bereksperimen dengan hal-hal aneh dan di luar nalar hingga terciptalah adegan 'luka bakar kecap' itu. Makanya, para PH yang bertebaran di Indonesia (terutama Jakarta), berilah kesempatan pada mereka yang baru-baru (termasuk saya ^_^) karena ide-idenya masih segar dan lebih penting lagi, dapat dipertanggungjawabkan.

Meski demikian, saya tetap rajin menonton (selama ada waktu) sinetron atau film (selama ada waktu dan duit :D) dengan kualitas apa pun. Mau yang terbaik dan terburuk, saya usahakan untuk menontonnya. Sebab, saya perlu belajar dari banyak hal, baik dari skenario yang baik untuk merangsang otak menciptakan skenario yang keren mau pun dari skenario yang buruk untuk merangsang otak agar menghindari adegan-adegan basi dan sampah.

Maka dari itu, berusahalah. Hmmm.... malam ini sinetron buruk mana lagi yang akan saya tonton, ya? Ada usul?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

setuju setuju... toh belajar bukan hanya dari hal yang baik. terkadang hal paling buruk sekali pun, patut kita jadikan pelajaran!