Rabu, 08 April 2009

SEBELUM BIKIN SKENARIO, PELAJARI DULU BUKU-BUKU INI! (1)

Kalau dilihat-lihat, sebagian besar isi blog ini isinya hanya ocehan-ocehan yang kurang bermanfaat bagi yang membacanya, apalagi kalau mereka tidak mengenal saya. Yah, namanya juga blog pribadi (gratisan, lagi ^_^), kebanyakan isinya memang ocehan-ocehan yang nulis. Prinsip saya (tadinya), kalau mau bikin artikel bermanfaat, nulis aja di Wikipedia….

Tapi… apa salahnya kalau apa yang saya tulis ternyata bisa menjadi manfaat bagi orang lain? Misalnya, bagi mereka yang punya cita-cita sama seperti saya : jadi penulis skenario. Tapi karena duit cekak, tidak kuat membayar biaya kursus yang sudah cukup untuk membeli satu sepeda motor itu, terpaksa saya belajar sendiri dari buku-buku dan internet. Cukup banyak kok, penulis skenario yang baik hati yang mau bagi-bagi ilmu.


Nah, sebagian buku-buku penulisan skenario mau pun yang menyinggung sedikit tentang hal itu telah saya miliki sejak beberapa tahun silam. Pada tulisan ini, saya hanya memberi masukan mengenai buku apa yang cocok untuk pemula seperti saya mau pun yang sudah ‘kelas macan’. Saya tidak mengutip isi buku-buku tersebut karena hal tersebut berarti pelanggaran hak cipta dan bisa merugikan penulis buku bersangkutan. Tapi jangan khawatir, buku-buku ini cukup mudah diperoleh di pasaran dan dengan harga terjangkau : semua buku masing-masing berharga di bawah Rp 40 ribu!


Nah, berikut sebagian buku-buku tersebut. Beberapa di antaranya sudah kusut karena terlalu sering dibuka-buka dan dipelajari….


GIE-Naskah Skenario

Penulis : Riri Riza

Penerbit : Penerbit Nalar, Jakarta

Sebenarnya ini bukan jenis buku how to, melainkan buku naskah skenario film GIE itu sendiri. Tapi… untuk mereka yang baru belajar, tidak saya sarankan menggunakan buku ini sebagai bahan contoh skenario. Sebab, isi buku ini tidak memuat istilah-istilah teknis yang cukup banyak seperti “INTERCUT TO”, “DISSOLVE TO” dan lain-lain. Maklum, yang nulis skenario filmnya adalah sutradara film itu sendiri, yakni Riri Riza. Jadi, beliau sudah paham betul, seperti apa visualisasi dari skenario yang ditulisnya tersebut tanpa perlu dibantu oleh petunjuk-petunjuk teknis dari skenario. Tapi, kalau kita mau mempelajari bagaimana menciptakan adegan-adegan yang dramatis, buku ini boleh dijadikan bahan contekan.




JADI PENULIS SKENARIO? GAMPANG, KOK!

Penulis : Kinoysan

Penerbit : Penerbit ANDI, Yogyakarta

Sebenarnya, petunjuk bagaimana menulis skenario dalam buku ini hampir sama dengan buku-buku sejenis. Namun, kelebihan buku ini terletak pada penulisnya sendiri, yakni Ari Wulandari alias Ari Kinoysan. Penulis yang bersangkutan, sebelum menjadi seorang script writer, pernah menjadi script editor di sebuah rumah produksi bonafide dan sangat terkenal. Dengan pengalamannya yang unik tersebut, beliau mempunyai sudut pandang yang berbeda dengan kebanyakan penulis skenario yang telah menulis buku sejenis. Misalnya, Kinoysan meyakinkan kita bahwa jangan khawatir terjadi pembajakan ide terhadap karya penulis skenario yang mengirimkan naskahnya melalui pos. Sebab, membutuhkan proses panjang dalam mewujudkan naskah tersebut menjadi film yang siap tayang. Juga, beliau memberi bocoran bagaimana agar sebuah naskah cepat ditindaklanjuti oleh rumah produksi. Ternyata, ada hal-hal lain yang harus diperhatikan di samping naskah skenario itu sendiri! Jadi, buku ini cocok bagi mereka yang masih baru dan belum punya nama dalam dunia penulisan skenario.


KUNCI SUKSES MENULIS SKENARIO

Penulis : Elizabeth Lutters

Penerbit : Grasindo, Jakarta

Penulis buku ini sarat pengalaman sebagai penulis skenario. Skenario yang ditulisnya antara lain adalah serial Bidadari, ABG dan Malam Pertama. Kiat-kiat yang beliau berikan dalam buku ini hampir sama dengan buku-buku sejenis. Bedanya, dalam buku ini, beliau membocorkan bagaimana isi Surat Perjanjian Kerja Sama antara penulis skenario dan rumah produksi yang isinya hmmm, kurang menguntungkan bagi penulis skenario itu sendiri. Ada juga tips bagaimana cara menciptakan profil tokoh berdasarkan tipologi tipe fisik dan psikis, secara mendalam. Tips tersebut jarang saya temukan dalam buku-buku sejenis. Buku ini cocok untuk penulis skenario mau pun calon penulis skenario yang belum pernah menulis skenario.




Nah, di atas telah saya uraikan tentang tiga buah buku yang bermanfaat bagi mereka yang berminat menulis skenario. Masing-masing ada kekurangan dan kelebihannya. Jadi, setiap buku akan saling melengkapi, hingga kita yang akan mengambil keuntungan dari setiap buku. Maka, dengan bermodalkan ketiga buku tersebut di atas, mudah-mudahan kita bisa belajar menulis skenario yang baik dan tentu saja layak diangkat menjadi film cerita. Jadi, marilah kita berusaha!

Tidak ada komentar: