Sepupu saya yang memang mulutnya mirip bebek (orangnya bawel, padahal cowok) itu tidak sepenuhnya salah. Buktinya, beberapa kali saya yang penggemar film "ngga pake mikir" alias ringan ini juga kecewa berat setelah menonton film dan sinetron buatan Indonesia. Seperti film Apa Artinya Cinta? yang saya tonton beberapa tahun lalu. Duh... rugi deh sudah membuang uang 15 ribu rupiah hanya untuk menonton mobil Onky Alexander sekeluarga ditabrak dari belakang dan wig aneh-nya Sammy serta adegan Dimas Beck di-dor ayahnya sendiri. Kenapa sih, membuang uang untuk adegan "action" yang tidak berhubungan langsung dengan inti cerita filmnya sendiri?
Eh, kok malah "belok" membahas keburukan karya "anak negeri"? Sebelum menjadi lebih ngawur, sesuai judul tulisan ini, saya ingin menegaskan bahwa bukan hanya "anak negeri" yang bisa menghasilkan film-film yang "ajaib". Ternyata, film buatan Hollywood pun banyak o'on-nya. Hanya, ke-o'on-an itu tertutupi dengan elemen lain seperti skenario dan eksekusi yang jelas lebih matang daripada daripada produksi film (apalagi sinetron) Indonesia.
ADA ANAKONDA DI KALIMANTAN
Ada saja film Hollywood yang menjungkirbalikkan hukum atau kelaziman yang ada di alam semesta. Misalnya, ada anakonda di Kalimantan dalam film Anacondas (atau Anaconda 2? Saya lupa judulnya. Yang jelas, di film ini sempat diputar lagunya Iwa K). Ular anakonda 'kan hanya ada di Amerika, kok malah ada di Indonesia? Dalam jumlah banyak, pula. Aya-aya wae!
LUAR ANGKASA TIDAK HAMPA UDARA
Yang ini serupa tapi tak sama dengan contoh di atas. Menurut film Hollywood, di luar angkasa terdapat udara. Jadi, kalau ada seorang Superman tengah melesat di sana, jubahnya bisa berkibar seperti bendera Merah Putih di kantor kelurahan. Eh, film fiksi ilmiah Hollywood zaman dulu (lupa judulnya, tapi sumpah, ada kok film bule yang aneh bin ajaib seperti ini) juga tidak kalah o'on-nya. Kalau benar luar angkasa itu hampa udara, mengapa bisa ada ledakan pesawat disertai bunyi menggelegar? Jangan-jangan pembuat filmnya tidak pernah mengadakan eksperimen sederhana ini : meletakkan lilin yang menyala di dalam toples, lalu toplesnya ditutup. Sepertinya, bagi para jagoan film itu, lilinnya akan tetap menyala...
NAIK TANGGA, JANGAN LARI KE TETANGGA
Kalau ada bahaya mengancam, jangan lari ke tetangga untuk mencari bantuan, tapi naiklah tangga supaya... celaka. Sebab, begitu kita sudah berada di lantai atas, kita akan terjebak dan dengan mudah akan menjadi sasaran empuk biang ancaman. Adegan seperti ini umumnya ada dalam film-film horor Hollywood maupun film action murah meriah yang sering diputar di TV. Lebih celaka lagi, adegan aneh ini juga diadaptasi dalam film-film Indonesia yang bisa dikatakan bagus seperti "Kala" (adegan Sujiwo Tedjo dikejar Fahrani dan makhluk-aneh-yang-entah-apa-namanya-itu, akibatnya, Sujiwo tewas dipenggal Fahrani) dan "Jakarta Undercover" (Luna Maya dan adiknya naik ke gedung tinggi waktu dikejar Lukman Sardi cs, hanya untuk turun lagi setelah membuat sekelompok pekerja bangunan dihajar geng Lukman). Tapi ya itu tadi, keanehan-keanehan tersebut, syukurlah, tertutupi oleh elemen lain yang membuat film-film tersebut di atas ("Kala" dengan sinematografinya dan "Jakarta Undercover" dengan akting para pemainnya) menjadi asyik ditonton.
TEPUK BAHUNYA...
Salah seorang tokoh, biasanya tokoh utama, yang tengah diteror, menjerit saat bahunya ditepuk oleh seseorang yang ternyata... temannya sendiri. Adegan ini juga biasa muncul dalam film-film thriller misteri. Bagaimana sih? Meskipun hanya dari belakang, kalau kita melihat teman, apalagi yang sedang bertingkah aneh seperti berjalan mundur gemetaran, bukankah biasanya kita akan memanggil namanya? Menghampirinya lalu menepuk bahunya sepertinya bukan hal yang lazim dilakukan. Film horor memang ada-ada saja, ah.
LARI KE KAMAR, JANGAN LARI KE LUAR
Mirip dengan o'on nomor 3, mengapa kalau ada setan mengejar, sang tokoh akan masuk ke salah satu kamar dan bukannya berusaha keluar dari gedung berhantu? Berikutnya bisa ditebak, saat dia berbalik, setannya sudah berada di hadapannya. Sialnya, ini juga ditiru dalam film-film horor Indonesia! Kalau sudah panik, bukankah kita akan berusaha menjauh sejauh-jauhnya dari sumber ketakutan kita, bukan menjauh hanya beberapa meter dengan kemungkinan bisa terkejar? Uuugh!
Sudah, ah. Sampai di sini dulu. Saya takut menambah "dosa" karena sudah menyebut karya orang bule o'on. Padahal, keanehan itu hanya seujung kuku dibandingkan dengan kekuatan film-film yang saya ingat tersebut. Tapi, film-film yang saya ingat tersebut tidak termasuk film "horor" seperti "Scarecrow" (sepertinya ini film horor klasik tahun 80an) yang pernah saya tonton di salah satu stasiun TV swasta. Film "ancur" ini membuat film-film horor besutan Koya Pagayo tampak seperti The Sixth Sense, hehehe. Bukti bahwa ada saja film-film Indonesia yang masih lebih baik daripada film Hollywood murahan.
Bagaimana pun, sudah saatnya para pembuat film Indonesia membuat film-film yang bagus dan tidak asal meniru adegan-adegan yang tidak masuk akal seperti yang dipaparkan di o'on no. 3, 4 dan 5 di atas. Sebab, sepertinya adegan orang lari dikejar setan lebih baik dimodifikasi menjadi adegan komedi sebagai berikut: seseorang lari dikejar anjing lalu memanjat pohon tinggi untuk menyelamatkan diri. Itu lebih masuk akal... Lalu berharap, modifikasi adegan aneh bin ajaib lain bisa membuat makhluk sinis seperti sepupu saya menjadi ternganga karena menyadari bahwa sebagian bangsa sendiri tidak se-o'on sebagian bangsa lain yang katanya adi daya dalam berbagai hal. Sekian...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar