Katanya, ada kecenderungan dari praktisi perfilman Hollywood untuk membuat film yang tak lagi menempatkan Nazi sebagai pihak yang beringas dalam membantai kaum Yahudi. Tapi ternyata, INGLORIOUS BASTERDS masih menjadi perpanjangan dari tradisi tersebut. Yah, kurang lebih samalah dengan tradisi menggambarkan muslimin dan muslimat sebagai "teroris".
Saya nonton film ini dua hari yang lalu. Lagi-lagi sendirian saja, karena dua sahabat saya yang sedikit lebih waras daripada saya, memang terhitung malas menonton film di bioskop. Mereka tidak peduli, sekalipun sudah tidak up-to-date lagi, mereka lebih memilih menonton film di TV yang gratis dan tidak perlu meninggalkan rumah.
Maka, jadilah saya menonton Aldo Raine (Brad Pitt) dengan pasukan kecilnya yang terdiri dari keturunan Yahudi, meneror tentara Nazi dengan cara-cara yang tak kalah kejam dan sadisnya dengan genosida oleh Nazi terhadap kaum Yahudi itu sendiri. Di sini, Raine dan kawan-kawan adalah tentara Amerika (dinas super rahasia), bukan mewakili secara resmi kelompok Yahudi tertentu sehingga apa yang mereka lakukan tidak bisa dikatakan sebagai perjuangan membela bangsa Yahudi. Kalau Raine merekrut tentara keturunan Yahudi tersebut, maka itu semata demi kepentingan Amerika. Buktinya, sekalipun selalu berkoar bahwa mereka ingin meneror Nazi, namun tetap saja, Raine dan kawan-kawan peduli dengan berapa orang tentara Nazi yang ada, posisinya di mana dan apa saja senjata mereka (simak adegan yang memperkenalkan Donny Donowitz (Eli Roth), yang suka memukul kepala orang dengan stik baseball). Ya iyalah, mereka 'kan tentara Amerika, bukan gerilyawan Yahudi. Sepanjang yang saya tahu, tidak ada cerita mengenai perlawanan kaum Yahudi terhadap Nazi yang difilmkan. Biasanya, film mengenai perlawanan terhadap Nazi menempatkan pihak dari negara tertentu (entah Prancis atau Amerika Serikat) sebagai jagoannya, bukan orang yang merepresentasikan kaum Yahudi itu sendiri. Barangkali, itu sebabnya, INGLOURIOUS BASTERDS adalah fiksi, karena barangkali, memang tidak ada kisah heroik kaum Yahudi yang dapat difilmkan. Selalu dan selalu saja, kaum Yahudi yang menjadi korbannya....
Tapi, eh, tunggu dulu, coy! Saya ngoceh di atas itu ternyata adalah kekeliruan (atau memang sudah benar?). Sebab, selain para Basterds, masih ada Shosanna Dreyfus (Melanie Laurent), cewek Yahudi-Prancis yang berniat membalas dendam atas kematian keluarganya oleh Nazi. Shosanna, yang sudah berada pada puncak dendamnya, menghalalkan segala cara demi membunuh sebanyak mungkin kaum Nazi (dan orang Jerman). Dia nekad membakar bioskop miliknya sendiri agar dapat membunuh Hitler dan segenap jajarannya, yang sedang menonton sebuah film Jerman berjudul Nation's Pride. Bahkan, cewek yang kelihatannnya lugu itu tak segan mengancam keselamatan orang lain demi menuntaskan dendam kesumatnya. Cewek cantik ini, sama saja dengan para Basterds, tak segan membunuh meski dengan motif yang lebih lugas : hanya balas dendam.
Tapi, favorit saya justru Hans Landa (Cristoph Waltz), petinggi Nazi yang dijuluki Pemburu Yahudi. Landa yang pintar dan tampak ramah, ternyata licin dan punya indra 'penciuman' yang sangat tajam. Sebenarnya, di antara sekian tokoh yang mondar-mandir dalam film ini, Landa-lah yang paling berbahaya. Dia licik dan pandai memanfaatkan situasi serta tidak pandang bulu dalam membunuh. Sekalipun orang Jerman seperti Bridget von Hammersmark (Diane Kruger), bintang film Jerman yang bekerja sama dengan Raine, jika ia berkhianat, maka Landa tak akan segan membunuhnya. Maka, saya pun merasa bahwa 'hukuman' yang dijatuhkan pada Landa pada akhir film, tidak sepadan dengan kejahatannya selama menjadi tentara Nazi. Hm... kelihatannya saya memang setuju-setuju saja bahwa Nazi memang kejam dan pantas dihancurkan, sementara kaum Yahudi yang lemah, sudah sepatutnya membalas.
Ya enggak, dong! Bagi saya, film ini hanya berkisah tentang sekumpulan orang haus darah dengan berbagai alasan : balas dendam, demi tugas dan lain-lain. Maka, tak heran bila saya bersimpati (walaupun sedikit) pada Fredrick Zoeller (Daniel Bruhl), pahlawan Nazi yang jatuh cinta pada Shosanna. Menjelang akhir film, Shosanna sempat merasa kasihan dan mungkin agak merasa bersalah karena telah memanfaatkan Zoeller demi menuntaskan misinya. Tapi, Zoeller yang hanya manusia biasa, tentu saja tak terima dengan perlakuan Shosanna....
Oh iya, namanya juga film. Selain para Basterd yang tidak pernah ada, ada satu lagi fakta sejarah yang diplesetkan dalam film ini. Gara-gara pelintiran itu, sekali lagi, kaum Yahudi berhasil ditunjukkan sebagai pahlawan. Ouh, Adolf Hitler di sini kok lebih mirip anak kecil yang cengeng? Duh, duh Pak Tarantino, bener-bener deh, Bapak ini....
Gambar :
www.imdb.com
2 komentar:
ada tuh tentang perlawanan yahudi terhadap Nazi..coba cek film "defiance" bro. katanya sih "based on true story", tapi gak tau deh
ada tuh tentang perlawanan yahudi terhadap Nazi..coba cek film "defiance" bro. katanya sih "based on true story", tapi gak tau deh
Posting Komentar