Tadi siang, saat sedang suntuk, tahu-tahu ada telepon dari seorang teman yang menanyakan kabar saya. Saya tentu saja senang mendapatkan teleponnya. Apalagi, memang sudah lama saya tidak berhubungan dengan teman tersebut.
Namun, entah dari mana, teman saya tersebut di atas mendapatkan kabar bahwa baru-baru ini, saya mendapatkan penolakan dari sebuah PH yang terkenal dan berskala besar. Naskah skenario yang saya ajukan ditolak dengan alasan tidak sesuai dengan 'selera' PH bersangkutan. Hmmm... Sepertinya memang rezeki saya 'hanya' sampai di PH berskala kecil dan menengah.
Tapi bukan hal itu yang membuat saya jadi agak kesal dalam menghadapi teman saya tersebut. Pasalnya, teman saya, dengan bercanda menyebutkan bahwa jangan-jangan skenario yang ditolak tersebut adalah skenario film bokep. Dia 'menuduh' saya menulis skenario seperti itu hanya karena saya suka menonton yaoi dan kalau menonton AADC, suka mengulang-ulang adegan Rangga mencium Cinta di bandara.
Astaga!
Saat itu saya hanya tertawa dan menjelaskan bahwa naskah yang saya buat tersebut adalah untuk konsumsi anak-anak. Bukan komedi semacam Ronaldowati atau Tarzan Cilik, melainkan drama tentang seorang anak dengan keluarganya yang terdiri dari seorang adik, seorang ayah, seorang kakak angkat dan seorang pekerja rumah tangga.
Itulah yang menyebalkan dari saya. Saya tidak suka mengumbar emosi, apalagi hanya melalui telepon seperti kejadian tadi siang. Bukan karena saya sabar, melainkan karena saya tidak mau berkonflik untuk hal-hal yang tidak penting.
Namun, tak urung, saya jadi berpikir juga. Apakah salah kalau saya suka adegan-adegan yang 'menyerempet-menyerempet' seperti disebut di atas? Lagipula, tidak semua yaoi saya sukai. Yang terlalu vulgar dan bikin jijik--sekalipun hanya animasi--tidak akan saya tonton sampai habis. Memangnya kita makhluk apaan?
Bahkan, saya tidak suka menonton film yang memasukkan unsur seks tanpa alasan yang dapat diterima. Misalnya, adegan seks yang dipaksakan dan berlebihan dalam sebagian film-film horor Indonesia. Misi 'menakut-nakuti' penonton jadi bergeser ke arah 'bagaimana meng-horny-kan penonton'. Itu juga kalau berhasil membuat horny. Biasanya sih malah jadi jijik....
Jadi, untuk apa memasukkan unsur seks ke dalam sebuah film atau naskah jika memang tidak diperlukan? Yang ada kita malah tidak fokus dan bisa 'menyimpang dari tujuan'....
Kembali ke soal teman saya yang 'menuduh' saya membuat naskah bokep. Sekalipun agak kesal, saya tetap berusaha ramah. Toh tidak setiap hari teman saya itu melontarkan kalimat yang bikin hati sebal. Malah, gara-gara dia, saya jadi 'panas', ingin membuktikan bahwa saya bisa menulis dan (tentu saja) menjual naskah skenario drama anak itu pada PH. Jadi, biar sinetron yang diproduksi bukan sinetron komedi (konyol) untuk anak seperti Tarzan Cilik saja.
Maka dari itu, marilah berusaha! Tapi, sebelumnya, mau shalat dulu.... ^_^
Namun, entah dari mana, teman saya tersebut di atas mendapatkan kabar bahwa baru-baru ini, saya mendapatkan penolakan dari sebuah PH yang terkenal dan berskala besar. Naskah skenario yang saya ajukan ditolak dengan alasan tidak sesuai dengan 'selera' PH bersangkutan. Hmmm... Sepertinya memang rezeki saya 'hanya' sampai di PH berskala kecil dan menengah.
Tapi bukan hal itu yang membuat saya jadi agak kesal dalam menghadapi teman saya tersebut. Pasalnya, teman saya, dengan bercanda menyebutkan bahwa jangan-jangan skenario yang ditolak tersebut adalah skenario film bokep. Dia 'menuduh' saya menulis skenario seperti itu hanya karena saya suka menonton yaoi dan kalau menonton AADC, suka mengulang-ulang adegan Rangga mencium Cinta di bandara.
Astaga!
Saat itu saya hanya tertawa dan menjelaskan bahwa naskah yang saya buat tersebut adalah untuk konsumsi anak-anak. Bukan komedi semacam Ronaldowati atau Tarzan Cilik, melainkan drama tentang seorang anak dengan keluarganya yang terdiri dari seorang adik, seorang ayah, seorang kakak angkat dan seorang pekerja rumah tangga.
Itulah yang menyebalkan dari saya. Saya tidak suka mengumbar emosi, apalagi hanya melalui telepon seperti kejadian tadi siang. Bukan karena saya sabar, melainkan karena saya tidak mau berkonflik untuk hal-hal yang tidak penting.
Namun, tak urung, saya jadi berpikir juga. Apakah salah kalau saya suka adegan-adegan yang 'menyerempet-menyerempet' seperti disebut di atas? Lagipula, tidak semua yaoi saya sukai. Yang terlalu vulgar dan bikin jijik--sekalipun hanya animasi--tidak akan saya tonton sampai habis. Memangnya kita makhluk apaan?
Bahkan, saya tidak suka menonton film yang memasukkan unsur seks tanpa alasan yang dapat diterima. Misalnya, adegan seks yang dipaksakan dan berlebihan dalam sebagian film-film horor Indonesia. Misi 'menakut-nakuti' penonton jadi bergeser ke arah 'bagaimana meng-horny-kan penonton'. Itu juga kalau berhasil membuat horny. Biasanya sih malah jadi jijik....
Jadi, untuk apa memasukkan unsur seks ke dalam sebuah film atau naskah jika memang tidak diperlukan? Yang ada kita malah tidak fokus dan bisa 'menyimpang dari tujuan'....
Kembali ke soal teman saya yang 'menuduh' saya membuat naskah bokep. Sekalipun agak kesal, saya tetap berusaha ramah. Toh tidak setiap hari teman saya itu melontarkan kalimat yang bikin hati sebal. Malah, gara-gara dia, saya jadi 'panas', ingin membuktikan bahwa saya bisa menulis dan (tentu saja) menjual naskah skenario drama anak itu pada PH. Jadi, biar sinetron yang diproduksi bukan sinetron komedi (konyol) untuk anak seperti Tarzan Cilik saja.
Maka dari itu, marilah berusaha! Tapi, sebelumnya, mau shalat dulu.... ^_^
2 komentar:
Memang menyuguhkan skenario yang mendidik tidak begitu mudah di tanah air kita ini. Krn yang mendidik itu kurang menjual. Itulah jika rating dijadikan tolok ukur.
Tetapi ini tidak lantas menjadikan kita harus berhenti, sobat. Setiap perjuangan pasti bersua onak dan duri. Justru karenanya, perjuangan ini terasa begitu manis dan berkesan.
Terus berjuang!
Nonton Online Video Bokep Streaming
Nonton Online Video Bokep Streaming
Nonton Online Video Bokep Streaming
Posting Komentar