Walaupun dulu hanya sempat jadi 'anak buah-nya anak buah' penulis skenario senior (setelah itu tidak ada kelanjutan karena saya terlalu keras kepala dan kini saya menyesal setengah mati), tapi dalam waktu singkat, saya bisa menyimpulkan betapa sulitnya jalan menjadi seorang penulis skenario profesional. Belum lagi mengikuti kemauan pihak PH yang ternyata juga menghamba pada stasiun TV yang ujung-ujungnya juga menuhankan the invisible and untouchable thing named RATING. Uuugh, itu semua membuat kepala mumet met met!
Meski dilanda sesal karena harus memulai semuanya dari minus lagi, boleh dong, saya kembali ke 'habitat' asli saya, yakni menjadi anggota 'pengolok-olok sinetron'? Yah, hitung-hitung membalas dendam dengan cara kekanak-kanakan atas kegagalan saya melawan 'sistem'. Kali ini, saya kembali mengolok-olok dunia yang tadinya menjadi ambisi saya (sekarang masih, tapi saya sudah lebih realistis dan bertambah pintar daripada sebelumnya), yakni sinetron.
Sebagai pemerhati sinetron, saya suka menyimpulkan hal-hal yang saya anggap aneh bin ajaib dalam tayangan tersebut. Oke, hal yang unik juga. Oh ya, terutama hal yang bodoh, yang banyak sekali bertebaran dalam dunia kecil bernama SINETRON. Konon sinetron disukai karena mencerminkan kehidupan masyarakat Indonesia. Maka boleh jadi, apa yang ditampilkan di dalam sinetron tersebut memang cerminan keseharian rakyat Indonesia....
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA PENYAKITAN!
Saya pernah diopname, tapi tak sampai puluhan kali seperti dalam ratusan episode sinetron. Perhatikan deh, hampir seluruh karakter yang terlibat di dalamnya pernah dirawat di rumah sakit. Entah karena sakit-sakitan atau ditusuk orang, atau... ini yang paling goblok, karena pura-pura sakit! Sudah begitu, kalaupun sang karakter sakit berat (misalnya, kanker atau ataksia seperti dalam salah satu sinetronnya Chelsea), penonton nyaris tak diberi informasi apa pun mengenai penyakit tersebut. Misalnya apa penyebab timbulnya penyakit tersebut, bagaimana pencegahannya dan pengobatannya, hampir tidak ada. Iya, tahu sih, kebanyakan sinetron kita bukan yang 'cerdas' macam ER atau Grey's Anatomy dan memang bertujuan hanya menjual drama kehidupan (cengeng) para karakternya. Tapi agar penonton lebih terhanyut oleh ceritanya, mestinya unsur-unsur seperti profesi dokter atau penderitaan karakter yang penyakitan jangan hanya jadi tempelan, dong!
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA PESAKITAN!
Selain adegan dalam rumah sakit, adegan apa yang juga sering muncul dalam sinetron? Ya, pinter, adegan di penjara atau kantor polisi. Ini juga tak kalah konyolnya dengan apa yang saya uraikan di atas. Selalu saja ada karakter (protagonis) yang dijebloskan ke penjara meskipun tidak bersalah. Intinya, polisi dalam sinetron itu terlalu bodoh sampai-sampai percaya begitu saja hasutan atau taktik sang antagonis untuk menghancurkan hidup sang protagonis yang memang kebanyakan juga goblok. Yah, memang sih, dalam kehidupan nyata, kasus salah tangkap juga biasa terjadi. Tapi polisi, pengacara (profesi ini juga cukup sering ditampilkan), hakim dan jaksa dalam sinetron digambarkan seperti orang-orang kurang berpendidikan. Suatu saat, saya pernah mengusulkan agar tim kami mengadakan riset kecil-kecilan mengenai pasal-pasal dalam KUHP untuk menguatkan cerita yang kami susun. Tapi oleh PH hal itu dirasa tidak perlu karena katanya, penonton tidak akan memerhatikan hal yang detail seperti itu. Halah, upaya agar kelihatan cerdas saja sudah tidak mau dilakoni, bagaimana mau membuat sinetron yang bermutu baik?
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA TAKABUR!
Adegan seseorang disiram dengan minuman, makanan dibuang hingga omong besar cukup sering diumbar dalam sinetron. Paling sebal melihat makanan atau minuman dibuang begitu saja, sekalipun hanya akting atau ada yang memang bukan makanan sungguhan. Tapi masa' sih, kita mencontohkan hal-hal takabur seperti itu padahal saat ini dunia sedang dilanda krisis?
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA CEROBOH!
Perhatikan deh, berapa kali adegan orang naik motor tanpa helm ditampilkan? Atau, begitu seringnya sinetron menampilkan adegan sang protagonis percaya begitu saja kata-kata sang antagonis meskipun sebelumnya sudah berkali-kali dibohongi. Intinya sih, sang protagonis sudah memasuki level goblok bin ceroboh. Tapi karena konon sebagian rakyat Indonesia memang ceroboh, adegan-adegan seperti itu tetap saja muncul dan bikin sakit kepala rakyat Indonesia lain yang tidak ceroboh....
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA CENGENG!
Ini contoh populer. Coba hitung, berapa kali dalam semalam air mata pemain sinetron ditumpahkan. Sebagian besar memang air mata bohongan alias pakai obat tetes mata (kita bisa menyimpulkan juga bahwa produser sinetron mungkin juga merangkap agen obat tetes mata ^_^), tapi intinya sama saja. Kalau ada orang sedih, pasti selalu menangis. Padahal, ekspresi kesedihan tidak selalu harus dengan tangisan, bukan? Bisa saja dengan wajah murung atau teriakan parau untuk meluapkan emosi, sudah cukup untuk menunjukkan kesedihan seorang karakter atau tokoh dalam sinetron.
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA MANTAN TUKANG OBAT!
Tukang obat keliling di pasar-pasar atau keramaian lain biasanya selain pintar bicara, juga jago teriak. Nah, inilah yang diadaptasi oleh para pemeran dalam sinetron. Kalau ceritanya lagi marah, pasti teriak-teriak sampai urat lehernya muncul semua. Apa tidak capek, tuh?
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA TEROBSESI MANGA DAN ANIME!
Akting apa yang paling sering ditampilkan oleh pemain sinetron? Ya, benar sobat, akting mata melotot sampai nyaris meloncat keluar dari tempatnya. Tampaknya, karakter atau tokoh dalam sinetron hampir semuanya diceritakan memiliki obsesi terpendam untuk menyamai tokoh-tokoh kartun Jepang yang matanya bulat lucu. Tapi ya, karena aktingnya pas-pasan, bukannya jadi bulat lucu, melainkan bulat kesurupan!
Eh, sudah dulu, ya? Masih ada lagi yang sebenarnya bisa saya simpulkan di sini. Tapi berhubung masih ada kerjaan lain, yaitu menulis skrip untuk ditawarkan ke PH lain yang mudah-mudahan tidak menjadi penyembah rating seperti PH tempat saya bergabung sebelumnya, maka saya sudahi dulu. Cintailah sinetron Indonesia yang bagus dan tidak membodohi penontonnya. Please....
Meski dilanda sesal karena harus memulai semuanya dari minus lagi, boleh dong, saya kembali ke 'habitat' asli saya, yakni menjadi anggota 'pengolok-olok sinetron'? Yah, hitung-hitung membalas dendam dengan cara kekanak-kanakan atas kegagalan saya melawan 'sistem'. Kali ini, saya kembali mengolok-olok dunia yang tadinya menjadi ambisi saya (sekarang masih, tapi saya sudah lebih realistis dan bertambah pintar daripada sebelumnya), yakni sinetron.
Sebagai pemerhati sinetron, saya suka menyimpulkan hal-hal yang saya anggap aneh bin ajaib dalam tayangan tersebut. Oke, hal yang unik juga. Oh ya, terutama hal yang bodoh, yang banyak sekali bertebaran dalam dunia kecil bernama SINETRON. Konon sinetron disukai karena mencerminkan kehidupan masyarakat Indonesia. Maka boleh jadi, apa yang ditampilkan di dalam sinetron tersebut memang cerminan keseharian rakyat Indonesia....
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA PENYAKITAN!
Saya pernah diopname, tapi tak sampai puluhan kali seperti dalam ratusan episode sinetron. Perhatikan deh, hampir seluruh karakter yang terlibat di dalamnya pernah dirawat di rumah sakit. Entah karena sakit-sakitan atau ditusuk orang, atau... ini yang paling goblok, karena pura-pura sakit! Sudah begitu, kalaupun sang karakter sakit berat (misalnya, kanker atau ataksia seperti dalam salah satu sinetronnya Chelsea), penonton nyaris tak diberi informasi apa pun mengenai penyakit tersebut. Misalnya apa penyebab timbulnya penyakit tersebut, bagaimana pencegahannya dan pengobatannya, hampir tidak ada. Iya, tahu sih, kebanyakan sinetron kita bukan yang 'cerdas' macam ER atau Grey's Anatomy dan memang bertujuan hanya menjual drama kehidupan (cengeng) para karakternya. Tapi agar penonton lebih terhanyut oleh ceritanya, mestinya unsur-unsur seperti profesi dokter atau penderitaan karakter yang penyakitan jangan hanya jadi tempelan, dong!
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA PESAKITAN!
Selain adegan dalam rumah sakit, adegan apa yang juga sering muncul dalam sinetron? Ya, pinter, adegan di penjara atau kantor polisi. Ini juga tak kalah konyolnya dengan apa yang saya uraikan di atas. Selalu saja ada karakter (protagonis) yang dijebloskan ke penjara meskipun tidak bersalah. Intinya, polisi dalam sinetron itu terlalu bodoh sampai-sampai percaya begitu saja hasutan atau taktik sang antagonis untuk menghancurkan hidup sang protagonis yang memang kebanyakan juga goblok. Yah, memang sih, dalam kehidupan nyata, kasus salah tangkap juga biasa terjadi. Tapi polisi, pengacara (profesi ini juga cukup sering ditampilkan), hakim dan jaksa dalam sinetron digambarkan seperti orang-orang kurang berpendidikan. Suatu saat, saya pernah mengusulkan agar tim kami mengadakan riset kecil-kecilan mengenai pasal-pasal dalam KUHP untuk menguatkan cerita yang kami susun. Tapi oleh PH hal itu dirasa tidak perlu karena katanya, penonton tidak akan memerhatikan hal yang detail seperti itu. Halah, upaya agar kelihatan cerdas saja sudah tidak mau dilakoni, bagaimana mau membuat sinetron yang bermutu baik?
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA TAKABUR!
Adegan seseorang disiram dengan minuman, makanan dibuang hingga omong besar cukup sering diumbar dalam sinetron. Paling sebal melihat makanan atau minuman dibuang begitu saja, sekalipun hanya akting atau ada yang memang bukan makanan sungguhan. Tapi masa' sih, kita mencontohkan hal-hal takabur seperti itu padahal saat ini dunia sedang dilanda krisis?
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA CEROBOH!
Perhatikan deh, berapa kali adegan orang naik motor tanpa helm ditampilkan? Atau, begitu seringnya sinetron menampilkan adegan sang protagonis percaya begitu saja kata-kata sang antagonis meskipun sebelumnya sudah berkali-kali dibohongi. Intinya sih, sang protagonis sudah memasuki level goblok bin ceroboh. Tapi karena konon sebagian rakyat Indonesia memang ceroboh, adegan-adegan seperti itu tetap saja muncul dan bikin sakit kepala rakyat Indonesia lain yang tidak ceroboh....
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA CENGENG!
Ini contoh populer. Coba hitung, berapa kali dalam semalam air mata pemain sinetron ditumpahkan. Sebagian besar memang air mata bohongan alias pakai obat tetes mata (kita bisa menyimpulkan juga bahwa produser sinetron mungkin juga merangkap agen obat tetes mata ^_^), tapi intinya sama saja. Kalau ada orang sedih, pasti selalu menangis. Padahal, ekspresi kesedihan tidak selalu harus dengan tangisan, bukan? Bisa saja dengan wajah murung atau teriakan parau untuk meluapkan emosi, sudah cukup untuk menunjukkan kesedihan seorang karakter atau tokoh dalam sinetron.
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA MANTAN TUKANG OBAT!
Tukang obat keliling di pasar-pasar atau keramaian lain biasanya selain pintar bicara, juga jago teriak. Nah, inilah yang diadaptasi oleh para pemeran dalam sinetron. Kalau ceritanya lagi marah, pasti teriak-teriak sampai urat lehernya muncul semua. Apa tidak capek, tuh?
SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA TERNYATA TEROBSESI MANGA DAN ANIME!
Akting apa yang paling sering ditampilkan oleh pemain sinetron? Ya, benar sobat, akting mata melotot sampai nyaris meloncat keluar dari tempatnya. Tampaknya, karakter atau tokoh dalam sinetron hampir semuanya diceritakan memiliki obsesi terpendam untuk menyamai tokoh-tokoh kartun Jepang yang matanya bulat lucu. Tapi ya, karena aktingnya pas-pasan, bukannya jadi bulat lucu, melainkan bulat kesurupan!
Eh, sudah dulu, ya? Masih ada lagi yang sebenarnya bisa saya simpulkan di sini. Tapi berhubung masih ada kerjaan lain, yaitu menulis skrip untuk ditawarkan ke PH lain yang mudah-mudahan tidak menjadi penyembah rating seperti PH tempat saya bergabung sebelumnya, maka saya sudahi dulu. Cintailah sinetron Indonesia yang bagus dan tidak membodohi penontonnya. Please....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar