Selasa, 27 April 2010

'CACAT' FILM-FILM SERU : JANJI JONI, DISTRICT 9 DAN DEATH NOTE : THE LAST NAME

Kadang, sebuah film membuat saya terpesona karena alur ceritanya yang menarik dan bikin sirik : kenapa bukan saya yang menulis skenario-nya? Tapi, sepandai-pandainya seorang (atau sebuah tim) penulis menulis skenario yang bagus (dan seru), tetap saja ada yang 'kecolongan' atau punya 'cacat' hingga cukup mengganggu logika.

Maksud saya bukan 'cacat' macam balon yang menerbangkan rumah dalam UP. Kalau yang itu sih, bukan 'cacat' namanya. Sebab, itu 'kan film fantasi, sama saja dengan penampilan alien dalam film-film fiksi ilmiah. Yang saya maksud adalah 'cacat' yang membuat penonton bertanya : kok dia begitu? Bukankah seharusnya dia berbuat begini? Itu dia....

Uhm, saya memang tak pandai menjelaskan. Kalau begitu, saya beri contohnya saja ya, dari tiga film favorit saya sepanjang 2005-2009 berikut ini.

JANJI JONI
Waduh, kalau yang ini sih, 'cacat'-nya luar biasa. Meski demikian, saya tetap cinta film ini, kok :D
Tapi tetap saja, saya terheran-heran, bagaimana mungkin Si Joni yang lugu itu bisa mengalami berbagai macam peristiwa di tempat yang berbeda-beda hanya dalam waktu satu jam?

Makanya skenario film ini tidak masuk nominasi Piala Citra 2005, karena semua orang juga tahu, petualangan si Joni hanya dalam waktu kurang dari sejam dalam menunaikan pekerjaannya ini sangat janggal dan bahkan tidak masuk akal. Apalagi adegan Joni memainkan drum tanpa tahu lagu yang akan dimainkan anak band yang baru dikenalnya. Saya rasa, hanya orang sekelas August Rush yang dapat melakukannya. Atau, Joni memang seperti itu? Kenapa tidak menjadi anak band saja, ya?



DISTRICT 9
Juri FFI 2005 kelihatan lebih jago dalam menilai sebuah skenario karena tak memasukkan skenario JANJI JONI ke dalam daftar unggulan Senario Terbaik, dibandingkan dengan Juri Academy Awards 2010 yang mengunggulkan skenario D9 sebagai Skenario Adaptasi Terbaik. Saya suka sekali film D9, tapi rasanya aneh saja melihat beberapa adegan dalam film ini. Sebab, film ini melupakan 'aturan' dalam film-film aksi yang menceritakan pengejaran buronan kelas kakap. Misalnya, seorang buronan harus dipersempit ruang geraknya dan harus dikejar sampai dapat. Maka, adegan-adegan berikut ini menjadi terasa aneh :
  1. Wikus masih bisa menarik uang di ATM setelah menjadi buronan untuk membeli makanan di sebuah rumah makan cepat saji. Kok rekeningnya tidak diblokir?
  2. Wikus dan Cristopher Johnson menyerbu kantor MNU dengan cukup mudah karena Wikus masih punya akses ke sana. Sebab, Wikus masih bisa menekan-nekan tombol, memasukkan account-nya (semoga istilah saya juga tidak 'cacat' :D) sebelum masuk ke sebuah ruangan di mana mereka akan mengambil cairan bahan bakar pesawat rancangan Cristopher Johnson! Mengapa bisa begitu?
  3. Saat pesawat rancangan bapaknya jatuh, anak Cristopher Johnson dengan mudahnya mengendalikan pesawat raksasa yang selama ini mengambang di udara agar 'menjemput' pesawat rancangan bapaknya. Kalau begitu saja, mengapa sampai repot-repot membuat pesawat mini dan mengumpulkan bahan bakar hingga puluhan tahun, kalau ternyata pesawat raksasa tersebut bisa dikendalikan dari bumi?
  4. Wikus masih bisa bertelepon-ria dengan istrinya dan HP-nya baru disadap setelah buron sekian lama. Waduh... Neil Blomkamp dan Terri Tatchell lupa ya, bahwa HP bisa disadap sekalipun tidak sedang digunakan selama baterainya masih terpasang?
Tapi, sekali lagi, saya tetap cinta film ini.... Piss!

DEATH NOTE : THE LAST NOTE
Film mengenai pertarungan KIRA versus L ini bikin geregetan. Ceritanya dibangun dengan cerdas, bikin betah menonton sampai habis. Tapi, sesempurna apapun sebuah film, pasti ada saja 'cacat'-nya. Dalam film ini, 'cacat' menjelang akhir film sangat terasa. Tapi, karena pembuat film ini menutup film dengan mengedepankan rasa 'keadilan', saya jadi berusaha memahami 'cacat' film ini. Meski demikian, inilah 'cacat' atau keanehan film ini :
  1. Adegan saat Misa Amane (Kira Kedua) mendatangi markas L sambil membawa Death Note Dewa Kematian Ryuk yang belakangan kita ketahui ternyata palsu. Namun mengapa saat Light Yagami (Kira Pertama) menyentuh Death Note palsu itu, ia bisa melihat Ryuk? Bukankah syarat untuk melihat Dewa Kematian adalah menyentuh Death Note asli? Padahal, Dewa Kematian yang 'dipelihara' oleh Light saat itu adalah Rem....
  2. Setelah Rem menulis nama Watari di Death Note-nya, ia hancur bersama buku tersebut dan Light mengetahuinya. Namun mengapa Light masih mengharapkan Death Note Rem yang dibawa oleh Soichiro ayah Light? Death Note yang ada hanya dua, tapi mengapa seolah-olah terlihat bahwa ada tiga Death Note, yakni Death Note yang (katanya) ada pada Soichiro, Death Note yang akhirnya dihancurkan oleh Rem dan Death Note (palsu) yang dipegang oleh Misa?
Meski demikian, film ini tetaplah film Jepang favorit saya, lebih saya sukai daripada Ringu dan sejenisnya karena... saya takut nonton film horor! :D

Ok, saya akan akhiri ocehan kali ini dengan ucapan semoga berkenan dan tidak ada yang tersinggung karena apa yang saya tulis di atas. Sejujurnya, saya cinta sekali film-film tersebut. Sehingga, saking cintanya, seandainya bisa, saya ingin memperbaikinya. Tapi... setelah dipikir-pikir lagi, kayaknya engga ah.... Ntar malah jadi 'ancur' kaya' muka saya. Hihihi....

Peace!

Gambar-gambar : Internet Movie Data Base

Read More..

Senin, 12 April 2010

KARAKTER YANG UNIK DAN MENCURI PERHATIAN : AKU MERINDUKANMU!

Ini pasti gara-gara mulai rajin nonton film Asia (dulunya sih jarang banget!), khususnya Jepang Ini pasti gara-gara saya mulai bosan dengan karakter-karakter ciptaan penulis Hollywood (apalagi Indonesia hehehe), sampai-sampai saya jadi rindu setengah mati pada karakter unik yang sukses membuat saya jatuh cinta. Fuh, ribet nih ngomongnya.

Ehm, sebenarnya, bagi saya, karakter yang unik dalam film itu tidak harus penjahat gila macam Norman Bates dan The Joker atau ikan jenius tapi pikun macam Dory. Karakter yang unik itu ya... karakter yang kuat dan harus bikin penonton film bersangkutan terkesan, bahkan (kadang) sampai agak lupa pada jalan cerita film itu sendiri karena terlalu terpesona pada karakter unik tersebut. Barangkali ini tidak berlaku pada semua penonton, tapi menurut saya, Hans Lauda (Inglorious Basterds) cukup unik hingga saya bahkan tidak bisa mengingat nama karakter yang dimainkan oleh Brad Pitt.

Oke, oke, bagaimana dengan karakter Keisuke Shiratori (Abe Hiroshi) dalam film Jeneraru ruju no gaisen? Dalam film berlatar dunia kedokteran ini, Shiratori adalah karakter yang (menurut saya) menyebalkan, sombong, agak aneh (terbukti dengan kebiasaannya makan mi soba dan mi ramen secara bersamaan), tidak bisa didebat, haus akan kemenangan tapi... berpegang teguh pada kebenaran. Demikian menyebalkannya karakter ini, sampai-sampai karakter dokter Kimiko Taguchi (Yuko Takeuchi) rela mengkhianati timnya sendiri agar dapat mengalahkan Shiratori dalam sebuah pertandingan baseball!

Yang saya sebut di atas itu hanya contoh. Bahkan saya sendiri tidak terlalu terkesan dengan cerita filmnya sendiri karena jalan penyelesaian konflik utama film yang ditempuh ternyata cukup mudah dan sebenarnya bisa diambil sejak awal film! Namun, saya tetap terkesan pada karakter Shiratori tersebut. Bukan hanya karena unik, melainkan juga karena karakter tersebut juga manusiawi. Dalam kehidupan nyata kita pasti pernah mengenal orang semacam Shiratori, namun anehnya, karakter seperti ini jarang diangkat ke layar film (apalagi sinetron). Kalaupun ada, biasanya karakter orang sombong tapi pintar lebih banyak dijadikan tokoh antagonis daripada protagonis. Padahal, orang-orang yang punya karakter mirip Shiratori atau Shinichi Kudo belum tentu jahat, bukan?


Bahkan, dalam film mau pun sinetron Indonesia, jangankan bicara soal karakter unik, kita bahkan acap menemukan karakter-karakter yang tidak memiliki motif yang kuat dalam segala tindakannya. Misalnya, karakter si A yang selalu membenci si B, tapi kita merasa bahwa motif si A untuk membenci dan menyerang si B tidak kuat, bahkan tidak masuk akal. Saya berani bilang begini karena pernah ikutan dalam sebuah tim penulis skenario (walaupun hanya jadi 'anak bawang') di mana penulis utamanya menciptakan karakter macam si A itu. Saya benar-benar heran dengan apa yang ditulis oleh mantan bos saya itu, hingga berimbas pada hengkangnya saya dari tim hanya dalam waktu kurang dari dua minggu....

Ups, sudahlah dengan masa lalu yang tidak mengenakkan tapi tetap berharga itu. Kesimpulannya, menciptakan karakter yang unik itu, meskipun bukan keharusan, sebaiknya dilakukan kalau mau film jadi enak ditonton. Jangan hanya fokus pada konflik cerita sampai karakter dan konflik yang dibangun agak-agak kurang singkron. Ini omongan saya sebagai penonton lho, bukan sebagai penulis cerita. Soalnya penulis cerita kadang terlalu menuruti ego sampai 'lupa' bahwa penonton juga mau film yang asyik. Jadi, menurut pengamatan saya sebagai penonton, karakter yang unik itu :
  1. Motifnya kuat dan jelas. Seperti The Joker yang motifnya ketahuan banget dalam adegan membakar segunung uang dalam The Dark Knight.
  2. Tidak sempurna! Harap diingat, Dory dalam Finding Nemo selalu dikenang bukan karena kejeniusannya dalam berbahasa, melainkan karena kepikunan-nya.
  3. Manusiawi. Bahkan L yang dingin dalam Death Note : The Last Name pun pernah sangat terkejut saat mengetahui bahwa Dewa Kematian itu ada.
  4. Tidak terpaku dalam satu aturan : hanya menjadi protagonis atau antagonis saja. Orang sombong seperti Shiratori pun bisa jadi 'jagoan' dan orang santun seperti Hans Lauda juga bisa menjadi orang yang mengerikan.
  5. Punya kebiasaan unik atau aneh. Sebenarnya, tidak selalu seperti itu. Tapi kebiasaan makan mi gaya Shiratori boleh dibilang aneh.
  6. Latar belakangnya umumnya misterius. The Joker, Dory dan L adalah contoh karakter yang latar belakangnya samar.
  7. Over pede! Makoto Shisiho dalam Rurouni Kenshin : Meiji kenkaku roman tan yakin sekali bisa menjadi penguasa Jepang sebelum tewas di tangan Himura Kenshin (Samurai X), bahkan di neraka sekalipun, Shishio masih juga merencanakan kudeta!
  8. Sangat menentukan jalannya cerita. Percuma punya karakter unik tapi tidak penting.
Hmmm, kira-kira begitulah. Hanya itu yang saya tahu, tapi saya kira bisa diterapkan. Semoga penulis cerita Indonesia peduli untuk menciptakan karakter-karakter unik yang bisa membuat penonton jatuh cinta dan tidak bosan!

Read More..